news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Minat Investor Ritel & Institusi ke IPO Bukalapak Besar, Rawan Aksi Ambil Untung

19 Juli 2021 19:55 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Logo Bukalapak. Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
Logo Bukalapak. Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
ADVERTISEMENT
Masa penawaran awal saham Bukalapak (BUKA) yang dibuka sejak 9 Juli 2021 berakhir hari ini, Senin (19/7). PT Mandiri Sekuritas sebagai penjamin emisi efek Bukalapak menyebut banyak investor ritel dan institusi atau korporasi yang berminat membeli saham tersebut.
ADVERTISEMENT
Bukalapak menawarkan harga sahamnya di kisaran Rp 750 hingga Rp 850 per saham. Setelah masa penawaran awal berakhir, pada 28-30 Juli 2021 akan dibuka sesi penawaran umum perdana saham. Di sinilah, harga saham akan ditentukan.
"Sejak public expose Bukalapak digelar pada 9 Juli 2021, minat investor baik retail maupun institusi relatif besar, terlihat dari banyaknya pemesanan dan pertanyaan tentang pembelian saham Bukalapak," kata Head of Corporate Secretary and Communications Mandiri Sekuritas, Nadya Siregar, kepada kumparan, Senin (19/7).
Meski begitu, Nadya enggan mengomentari apa penyebab minat investor ritel dan institusi membesar dalam penawaran awal ini. Setelah penentuan harga saham pada 28 Juli 2021 dilakukan, selanjutnya pencatatan perdana Initial Public Offering (IPO) BUKA yang dijadwalkan pada 6 Agustus 2021.
ADVERTISEMENT

Penjualan Saham Bukalapak Rawan Aksi Ambil Untung

Analis Saham dari Indopremier Sekuritas, Mino, menilai jika penawaran awal saham BUKA didominasi oleh investor ritel, kemungkinan bakal ada aksi koreksi pada harga saham perusahaan tersebut setelah resmi melantai di Bursa Efek Indonesia. Penyebabnya, karena ada aksi ambil untung (profit taking) karena investor ritel cenderung berinvestasi untuk jangka pendek.
"Memang ada peluang koreksi di awal IPO, tapi bisa juga masih naik karena minat yang cukup tinggi dan kemungkinan besar tidak semua yang melakukan pemesanan awal mendapatkan sahamnya jadi mereka melakukan pembelian di pasar sekunder," katanya dia kepada kumparan.
Kekhawatiran adanya aksi ambil untung juga diungkapkan Analis Saham dari LBP Institute, Lucky Bayu Purnomo. Menurut dia, wajar jika banyak investor ritel dan korporasi berminat memesan saham tersebut sebab Bukalapak menjadi perusahaan e-commerce pertama yang melantai di BEI.
ADVERTISEMENT
Namun, bakal terkoreksinya harga saham BUKA sangat besar. Mengingat saat ini laju IHSG masih rawan koreksi akibat naiknya kasus corona. Ditambah lagi, Bukalapak masih mencatatkan kerugian pada kinerja keuangannya.
"Ini jadi satu momentum di mana pasar ingin menguji peruntungannya. Tapi karena ini kali pertama, memang BUKA akan cenderung menguat, tapi harus diwaspadai adanya profit taking sebab IHSG saat ini msh rawan terhadap potensi koreksi," katanya kepada kumparan.
Agar tidak boncos membeli saham BUKA, menurut dia, investor harus menentukan batas kenaikan harga saham minimal 20-23 persen. Sebab, jika sudah 25 persen akan otomatis auto rejection atas (ARA) 25 persen.
"Dengan potensi profit taking, Bukalapak kan ditawarkan di harga Rp 750 hingga Rp 850 per saham, maka strateginya investor harus siapkan toleransi untuk mencapai kenaikan harga itu, sekitar 20-23 persen," ujar dia.
ADVERTISEMENT
Bukalapak mengincar dana segar mencapai Rp 21,9 triliun dari IPO. Adapun saham yang dilepas sebanyak 25 miliar lembar saham biasa. Sejak public expose digelar, perusahaan pun langsung roadshow ke luar negeri untuk menggaet investor asing melalui virtual.