Minato Mirai, Kawasan TOD Jepang yang Bisa Dicontoh MRT Jakarta

13 Desember 2019 17:12 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kawasan TOD Minato Mirai, Jepang. Foto: Moh Fajri/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kawasan TOD Minato Mirai, Jepang. Foto: Moh Fajri/kumparan
ADVERTISEMENT
Transit Oriented Development (TOD) masih menjadi keinginan yang bakal diwujudkan khususnya oleh PT MRT Jakarta. Rencananya, akan ada 5 kawasan TOD di MRT Fase I. Sedangkan untuk pembangunan Fase II akan dikerjakan bersamaan dengan TOD.
ADVERTISEMENT
Pembangunan TOD memang seharusnya bisa dari awal dikerjakan secara bersama-sama saat membangun transportasi dengan pusat perbelanjaan sampai sebuah hunian. Pembangunan secara bersama-sama itu tentu bisa mempercepat pengerjaan dan memperbesar manfaat dari suatu kawasan.
Meski begitu, dalam proses pembangunannya harus diikuti kerja sama yang baik khususnya antara pemerintah dan swasta.
“Jadi melakukan pengembangan seperti ini (TOD) banyak manfaat seperti mempercepat pengerjaan, mengurangi pencemaran dan lain-lain,” kata Senior Officer Business Promotion Divison Urban Renaissance Agency (UR) Yosuke Uenaka di Yokohama, Jepang.
Kawasan TOD Minato Mirai, Jepang. Foto: Moh Fajri/kumparan
UR menjadi salah satu badan usaha milik pemerintah Jepang yang bertanggung jawab mengerjakan kawasan TOD Minato Mirai, Yokohama. Kawasan TOD Minato Mirai menjadi wilayah integrasi antara transportasi, perumahan sampai pusat perbelanjaan yang cukup terkenal di Jepang.
ADVERTISEMENT
Yosuke menjelaskan, pembangunan TOD di Minato Mirai sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1965. Ada beberapa alasan mengapa Minato Mirai dipilih untuk dikembangkan wilayahnya mulai dari untuk memperkuat kemandirian Yokohama, meningkatkan Yokohama sebagai kota pelabuhan, sampai ada pabrik galangan kapal dan tempat kargo yang ingin disatukan lokasinya.
“Jadi Kota Minato Mirai dibangun dengan reklamasi di beberapa tempat. Jadi lebih luas dari sebelumnya,” ujar Yosuke.
Kawasan TOD Minato Mirai, Jepang. Foto: Moh Fajri/kumparan
Yosuke mengungkapkan, pihaknya bersama pemerintah bertugas di antaranya melakukan reklamasi dan membangun pelabuhan baru. Selain itu, tugas UR juga untuk konsolidasi tanah. Kemudian dari swasta membangun perkantoran, hotel, pusat perbelanjaan dan lain-lain. Pembangunan semakin digiatkan setelah pabrik galangan kapal dan tempat kargo berhasil dipindahkan pada tahun 1983.
ADVERTISEMENT
“Jadi pembagian tugas pemerintah dan swasta. Pemerintah menyiapkan infrastruktur dasar di bawah, kemudian swasta ke atas gedung-gedungnya. Itu ada pembagian yang jelas dalam pembangunannya,” terang Yosuke.
Kawasan TOD Minato Mirai, Jepang. Foto: Moh Fajri/kumparan
Dalam memaksimalkan proses pembangunan, Yosuke membeberkan, dibentuk juga sebuah badan pengembangan Minato Mirai yang beranggotakan perwakilan pemerintah dan pihak swasta. Pembentukan badan ini juga diikuti dengan kesepakatan bersama yang harus ditaati.
Yosuke menjelaskan, dalam kesepakatan itu termasuk diatur mengenai pembatasan penggunaan area misal tata letak pembangunan kantor dan perumahan. Ketinggian bangunan dan pedestrian juga ditulis dalam kesepakatan yang dibuat.
“Jadi sebelah laut bangunan semakin rendah sehingga tidak ganggu pemandangan. Jadi saya katakan UR tidak membebaskan pembangunan. Jadi ada koordinasi UR sebagai pengawal aturan, juga sebagai pelaku,” ungkap Yosuke.
Kawasan TOD Minato Mirai, Jepang. Foto: Moh Fajri/kumparan
Perkembangan kawasan itu semakin disempurnakan dengan adanya jalur kereta Minatomirai Line sejak tahun 2004. Ada 6 stasiun yang dilalui Minatomirai Line yaitu Stasiun Yokohama, Shin-takasihma, Minatomirai, Bashamichi, Nihon-odori, dan Motomachhi-Chukagai. Saat ini, penumpang Minatomirai Line di Jepang sudah mencapai 200 ribu orang setiap harinya.
ADVERTISEMENT
“Jadi untuk mendukung berkembangnya kawasan baru didirikan jalur kereta baru Minatomirai Line yang kita naiki hari ini. Jadi di Stasiun Minatomirai ada di lantai 3 terus ada eskalator ke atas itu pusat perbelanjaan,” terang Yosuke.
Efek aktivitas ekonomi dari TOD Minato Mirai saat ini sudah mencapai 5 triliun yen. Meski begitu, Yosuke memastikan, pihaknya tak hanya fokus mengembangkan dari segi bisnis saja. TOD tersebut juga dipikirkan mengenai aspek antisipasi bencana. Yosuke mencontohkan, salah satu langkahnya adalah membangun terowongan di bawah jalan raya sebagai saluran gas, listrik, air bersih, sampai air limbah.
“Semua kabel listrik semua ditanam di bawah karena tak ada tiang listrik di atas. Jadi pas gempa tidak ada tiang listrik roboh. Kelebihannya juga seluruh fasilitas ada di satu tempat, kalau ada bencana untuk memulihkannya gampang karena satu tempat,” terang Yosuke.
ADVERTISEMENT
“Selain itu juga memperkuat tanah kekerasannya, kemudian ada bangunan cukup tinggi antisipasi ombak besar atau tsunami. Ada juga tangki cadangan air bersih untuk 3 hari, cukup 500 an orang,” tambahnya.
Kawasan TOD Minato Mirai, Jepang. Foto: Moh Fajri/kumparan
kumparan lalu berkeliling di kawasan TOD Minato Mirai, Jepang. Tampak saat keluar dari stasiun sudah langsung tersambung dengan pusat perbelanjaan dengan naik eskalator. Pejalan kaki juga bisa leluasa berpindah tempat dari berbagai bangunan seperti gedung perkantoran ke bangunan lainnya.
Meski tampak sudah tidak ada aktivitas pekerjaan, Yosuke mengatakan, pembangunan kawasan TOD Minato Mirai masih belum rampung 100 persen. Ia menegaskan, dalam menyelesaikan TOD harus ada kerja sama yang baik dari semua pihak yang terlibat termasuk dari segi anggaran dana.
“Jadi saya sampaikan pengembangan sudah 50 tahun berlangsung masih ada 10 persen yang belum selesai. Kita lanjutkan pengembangannya,” tutur Yosuke.
ADVERTISEMENT