Mind ID: 20 Persen Bahan Baku Baterai Kendaraan Listrik Masih Impor

19 September 2022 16:42 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pengemudi mengisi daya baterai mobil listriknya di SPKLU Gedung PLN Gambir, Jakarta, Rabu (13/0/2022). Foto: Agha Yuninda/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pengemudi mengisi daya baterai mobil listriknya di SPKLU Gedung PLN Gambir, Jakarta, Rabu (13/0/2022). Foto: Agha Yuninda/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
BUMN Holding Industri Pertambangan atau Mining Industry Indonesia (MIND ID) membeberkan 20 persen bahan baku baterai kendaraan listrik yang diproduksi di Indonesia masih harus impor.
ADVERTISEMENT
Direktur Hubungan Kelembagaan Mind ID, Dany Amrul Ichdan, menjelaskan seperti lithium, yang kebutuhannya mencapai 70 ribu ton per tahun selama ini impor dari China, Chili, dan Australia.
"Terbesar ada lithium, kebutuhannya 70 ribu ton per tahun yang selama ini impor dari China, Chile dan Australia dan proses pengolahan di China," kata Dany dalam RDP bersama Komisi VII DPR RI, Senin (19/9).
Tak hanya lithium, terdapat juga kebutuhan bahan baku baterai berupa graphite dengan total 44 ribu ton per tahun yang didatangkan langsung dari China, Brasil, hingga Mozambik.
"Ketiga, ada mangan sulfat dan kobalt, itu besarnya masing-masing 12 ribu ton per tahun dan ini masih impor. Jadi 20 persen selain nikel, kita masih impor," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, Indonesia memang memiliki 80 persen atau sebagian besar bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik, yakni biji nikel dari PT Antam Tbk.
Dany melanjutkan, Mind ID tengah menyusun strategi agar ketergantungan terhadap produk impor bisa ditekan seminimal mungkin. Salah satunya melalui aksi korporasi dengan mengambil tambang lithium di luar negeri.
"Paling tidak ketergantungan impor bisa dikurangi dan kita melihat masa depan IBC (Indonesia Battery Corporation) sebagai investment company untuk melakukan berbagai terobosan aksi korporasi," ujarnya.