Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
MIND ID Pastikan LG Mundur dari Proyek Titan, Bakal Tawarkan ke Perusahaan AS
18 April 2025 20:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Holding BUMN Pertambangan MIND ID mengungkapkan perusahaan Korea Selatan, LG, mundur dari pembentukan joint venture (JV) Proyek Titan, yang termasuk dalam proyek raksasa ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) terintegrasi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi XII DPR 17 Februari 2025 lalu, PT Indonesia Battery Corporation (IBC) memaparkan kabar terakhir terkait penyelesaian seluruh proyek ekosistem baterai EV tersebut.
Dalam paparan Direktur Utama IBC Toto Nugroho, Proyek Titan masih dalam proses pembahasan dan pembuatan uji kelayakan (feasibility study/FS) antara IBC dan Konsorsium LG. Belum ada pernyataan bahwa LG akhirnya mundur dari proyek tersebut.
Mundurnya LG dari proyek raksasa baterai EV diungkapkan oleh Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID, Dilo Seno Widagdo. Dia menyebutkan Proyek Titan batal karena mundurnya Konsorsium LG dari JV tersebut.
Sementara ini, MIND ID masih melanjutkan proyek ekosistem baterai EV bersama China Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL), anak usaha Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL), yaitu Proyek Dragon yang memiliki total 6 JV.
ADVERTISEMENT
"EV battery ecosystem yang sama LG kan batal. (Proyek) Titan, kan Dragon sama CATL itu kan udah settle. Nah yang Titan nih, Titan kan enggak jadi," ungkap Dilo saat diskusi eksklusif bersama media, dikutip Jumat (18/4).
Kendati begitu, Dilo tidak menjelaskan dengan rinci alasan mundurnya LG dari Proyek Titan. Dia hanya menyebutkan bahwa terdapat perbedaan prinsip antar anggota konsorsium.
Ke depannya, dia menyebutkan proyek ekosistem baterai yang belum ada kejelasannya ini bisa ditawarkan kepada perusahaan Amerika Serikat (AS), seiring dengan proses negosiasi yang berlangsung terkait penerapan tarif impor.
"Salah satu yang jadi bargaining position-nya kita, kita akan tawarkan juga sama orang Amerika. Karena kita defisit transaksi perdagangan sama AS," jelas Dilo.
ADVERTISEMENT
Dilo meyakini bahwa masih banyak perusahaan lain yang bisa masuk pada proyek ekosistem baterai EV yang ditinggalkan LG tersebut. Dia pun berharap ada perusahaan AS yang tertarik.
"Sekarang salah satunya kita tawarin ke AS, sebagai bagian daripada advokasi regulasinya kita, negosiasi sama Amerika, kalau dia mau," ujarnya.
Berdasarkan catatan IBC, Proyek Titan ini merupakan proyek ekosistem baterai EV terintegrasi mulai dari hulu pertambangan nikel, smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF), smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL), pabrik prekursor, prekursor katoda, hingga sel baterai.
Proyek yang terletak di Kabupaten Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara ini dimiliki oleh PT Aneka Tambang (Antam). Produk dari proyek ini meliputi bijih nikel, feronikel, Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), nikel sulfat, prekursor, prekursor katoda, hingga sel baterai.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Direktur Utama Antam, Nico Kanter, mengakui proses pembentukan JV bersama LG untuk proyek raksasa ekosistem baterai EV berlangsung cukup menantang.
Dia juga mengakui, proses negosiasi Antam dengan CATL lebih mudah daripada Konsorsium LG. Dengan begitu, perjalanan pembentukan JV dengan LG ini menurutnya akan berjalan lebih lama meskipun Antam masih optimistis masih ada jalan keluar.
"Melihat progresnya yang masih challenging, karena konsorsium ini cukup lumayan complicated mereka di dalam JV-JV masing-masing, jadi ada beberapa anggotanya tetap dari LG, big konsorsium, tapi mereka adalah independent company, sehingga untuk menyatukan semuanya untuk berkomitmen yang sama, itu lebih challenging," tutur Nico saat konferensi pers RUPSLB 2024, Rabu (13/11/2024).
Nico mengatakan, CATL maupun LG memiliki peran dan urgensi masing-masing dalam dalam proyek baterai ini dan menyasar pada pasar yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Perusahaan, kata dia, sangat membutuhkan keberadaan LG dalam megaproyek baterai tersebut, agar bisa menembus pasar AS. Pasalnya, Korea Selatan sudah memiliki Free Trade Agreement (FTA) dengan AS.
"Memang idenya tadinya adalah kita untuk mencapai pasar yang berbeda, yang CBL atau CATL ini targetnya memang kita untuk yang bukan IRA, tapi buat LG kita semua tahu karena Korea itu sudah mempunyai FTA dengan Amerika, jadi targetnya itu adalah untuk pasar yang berbeda," tutur Nico.