Kumplus- Tunawisma Muda Ibu Kota- COVER KORPORASI

Misi Bos Hutama Karya Sambungkan Sumatera dengan Tol

6 Maret 2020 15:47 WIB
comment
76
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Korporasi. Foto: Argy Pradypta/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Korporasi. Foto: Argy Pradypta/kumparan
ADVERTISEMENT
Di tengah kesibukannya menjadi seorang CEO BUMN karya, Bintang Perbowo bersedia meluangkan waktunya melayani wawancara kumparan.
ADVERTISEMENT
Ia merupakan Direktur Utama PT Hutama Karya (Persero) yang memulai karier sebagai staf keuangan di salah satu BUMN konstruksi, hingga akhirnya menjabat direksi di beberapa perusahaan pelat merah di industri yang sama.
Empat puluh tahun berkarier di dunia konstruksi, tak membuatnya jumawa. Dengan sapa dan senyum, Bintang yang mengenakan kemeja oxford berwarna biru dan celana bahan, menyambut kami di ruangan kerjanya.
Kami pun dipersilakan duduk di meja berbentuk persegi panjang. Tak butuh waktu lama setelah perkenalan, Bintang langsung menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang kami ajukan, khususnya soal tugas menyambungkan Pulau Sumatera dengan jalan tol. Termasuk menjawab perasaannya mengerjakan proyek yang disebut tidak layak secara bisnis tersebut.
Sebelum lebih jauh, Hutama Karya mendapat tugas dari Presiden Jokowi untuk membangun jalan Tol Trans Sumatera. Penugasan itu dituangkan melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 100 Tahun 2014 serta Perpres Nomor 117 Tahun 2015.
ADVERTISEMENT
Adapun total panjang Tol Trans Sumatera mencapai 2.974 kilometer (km). Tol itu terbagi menjadi dua koridor yaitu koridor utama sepanjang 2.046 km dan koridor pendukung sepanjang 928 kilometer.
Tol ini rencananya terdiri dari 27 ruas. Pembangunan jalan Tol Trans Sumatera untuk ruas Banda Aceh-Bakauheni ditargetkan selesai secara keseluruhan pada 2024.
Progres hingga saat ini, total jalan yang telah beroperasi sebanyak 6 ruas dengan panjang 469 kilometer. Sementara yang masih tahap konstruksi sebanyak 9 ruas sepanjang 495 km.
Selain itu, terdapat pula yang masih dalam persiapan konstruksi sebanyak 6 ruas dengan panjang 740 km dan sisanya masih dalam rencana sebanyak 11 ruas sepanjang 1.270 km.
Penugasan megaproyek ini tentunya bukan sesuatu yang mudah bagi Hutama Karya. Apalagi Hutama Karya harus membangun tol ini dari nol karena proyek tidak diminati investor. Namun beban besar itu tak membuat Bintang menjadi gentar.
Tol Trans Sumatera yang dibangun PT Hutama Karya. Foto: Wendiyanto/kumparan
Bagi Bintang, penugasan tersebut adalah amanah demi sebuah tujuan mulia, yaitu untuk kemajuan perekonomian Sumatera dan tentunya juga untuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Itu kan tugas kita diminta untuk meningkatkan ekonomi Sumatera. (Jalan tol akan) jadi power engine baru untuk pembangunan. Sehingga pembangunan tidak tersentral di Pulau Jawa,” ungkap Bintang kepada kumparan dalam program The CEO kumparan di Kantor Pusat Hutama Karya, Jakarta Timur, Kamis (13/2).
Alasan tersebut benar-benar menjadi pegangan bagi Bintang. Ia pun seolah tak takut bahwa kenyataannya mega proyek tol Trans Sumatera tak layak secara finansial. Diketahui, level Internal Rate of Return (IRR) proyek ini masih rendah. Saat ini, IRR Tol Trans Sumatera hanya berkisar di angka 6 persen atau di bawah bunga pinjaman perbankan.
IRR merupakan parameter pengukuran analisa suatu proyek atau investasi. Pengukuran ini sering digunakan untuk menghitung tingkat keuntungan suatu investasi. Dengan rendahnya IRR tersebut, maka perbankan pun juga enggan memberikan pinjaman. Sebab bunga bank kini tercatat sebesar 8 persen, lebih tinggi ketimbang IRR tol Trans Sumatera.
ADVERTISEMENT
Alhasil, megaproyek Tol Trans Sumatera ini lebih banyak dibiayai oleh Penyertaan Modal Nasional (PMN). Fakta ini berbanding terbalik dengan proyek tol di Trans Jawa yang porsinya lebih banyak disokong oleh pembiayaan perbankan ketimbang PMN. Di proyek Tol Trans Sumatera ini, porsi PMN atau ekuitas bisa mencapai 60 persen.
“Ya. Memang itu tidak laik secara finansial tetapi sangat membantu pertumbuhan perekonomian jalan yang dilewati. Makanya kita minta penyertaan modal negara,” ujar Bintang.
Rendahnya tingkat IRR ini juga menyebabkan investor dalam dan luar negeri enggan turut campur tangan dalam proyek ini.
“Makanya kita dikasih penugasan, karena swasta enggak ada yang mau. Ya enggak papa, nanti ada bantuan konstruksi,” sambungnya.
Selain masalah pembiayaan, kendala lain yang dihadapi Hutama Karya adalah soal pembebasan lahan.
ADVERTISEMENT
“Tantangan terbesar adalah masih sama seperti pembangunan tol yang lain. Jadi itu adalah di pembebasan lahan. Pembebasan lahan macam-macam problemnya,” ujar Bintang.
Ribuan kilometer proyek jalan tol tersebut tentunya melewati bidang-bidang tanah yang tak hanya dimiliki perseorangan namun juga perseroan. Salah satu yang terdampak yakni bidang tanah milik PTPN. Namun, Bintang mengaku justru proses pembebasan lahan milik PTPN cenderung lebih mudah. Pembangunan bisa dijalankan dulu sembari hitung-hitungan ganti untung dilakukan.
Sayangnya, konsep tersebut tak berlaku jika tanah yang terdampak adalah milik warga. Pembangunan baru boleh berjalan jika telah terjadi kesepakatan besaran ganti untung dengan empunya tanah. Ada juga kendala lain yaitu tumpang tindih kepemilikan.
Atau yang paling sering, tak tercapai kesepakatan harga. Kalau kondisinya seperti itu, maka jalan tengah yang diambil adalah melalui pengadilan.
ADVERTISEMENT
“Jika tak terjadi kesepakatan harga, atau enggak terima pengennya lebih dari harga yang ditetapkan KJPP (Kantor Jasa Penilai Publik) ya terpaksa konsinyasikan di pengadilan,” ujar Bintang.
Aceh-Lampung Nyambung Tol 2024
Sesuai namanya, Tol Trans Sumatera ini akan membelah Andalas dari Bakauheni hingga -tentu saja- ke Banda Aceh. Bintang yakin dua kota di masing-masing ujung Pulau Sumatera tersebut bakal tersambung tol pada 2024.
Maret 2020 ini, Hutama Karya bakal menandatangani pembangunan 5 ruas tol dari Jambi hingga tembus ke Aceh.
“Dari Aceh ke Sigli 70 km tuh mungkin tahun ini selesai juga dibangun,” ujarnya.
Demi mencapai target selesai di 2024, Bintang mengatakan, Hutama Karya terus menggeber performanya. Paling tidak, perseroan harus berhasil membangun minimal 211 km hingga 225 km per tahun.
ADVERTISEMENT
Bintang meyakini, keberadaan Tol Trans Sumatera akan memberikan dampak luar biasa bagi masyarakat sekitar. Membangun tol sama artinya dengan membangun konektivitas atau akses yang lebih baik. Tersedianya akses akan berdampak pada aktivitas ekonomi yang lebih hidup.
Buktinya, kini banyak pengusaha logistik yang menyatakan mereka sangat terbantu dengan keberadaan tol Trans Sumatera. Dulu saat tol belum ada, pengiriman logistik membutuhkan waktu yang cukup lama. Semula, perjalanan dari Bakauheni ke Palembang membutuhkan waktu tempuh sekitar 12 jam.
Sekarang, dengan adanya tol, jarak tempuh kedua kota paling lama hanya 4 jam. Ini artinya, truk-truk logistik bisa menambah frekuensi pengiriman, yang tadinya hanya satu kali jalan dalam sehari, kini truk bisa beroperasi bolak-balik.
Proyek Trans Sumatera Ditangani Insinyur dan Pekerja Lokal
ADVERTISEMENT
Terciptanya konektivitas baru ini diakui Bintang tidak terlepas dari peran anak-anak bangsa. Dalam menyelesaikan penugasannya, Hutama Karya melibatkan SDM lokal unggul dan pilihan.
Menurut Bintang, kemampuan SDM lokal tak kalah dari pekerja asing. Buktinya, semua pembangunan tol yang dikerjakan Hutama Karya memiliki quality control yang mumpuni. Semua pekerjaan dipastikan sesuai dengan standar keamanan yang disarankan Kementerian PUPR.
Bintang memastikan, kualitas aspal memenuhi semua standar agar perseroan tak harus bongkar pasang di kemudian hari.
“Jadi kita di awal speknya itu kita penuhi dulu. Itu engineering-nya ngerti lah, pinter-pinter kok,” ujarnya mantap.
Selain mematuhi standar pengerjaan, Bintang juga cukup ketat menjaga pengguna jalan tol. Sesuai peraturan Kementerian Perhubungan, truk-truk obesitas atau Over Dimension Over Loading (ODOL) dilarang melintas. Sebab truk-truk over kapasitas ini ditengarai menjadi penyebab jalanan cepat rusak.
ADVERTISEMENT
Tak hanya memberikan efek jera bagi pelanggar, Hutama Karya juga aktif memberikan edukasi pada pengusaha truk. Tujuannya agar fasilitas publik tersebut bisa dinikmati bersama-sama dalam jangka waktu yang lama.
“Nah sekarang tol juga kita jaga, jangan sampai itu rusak. Kita mengadakan penyuluhan, memberikan edukasi, sosialisasi sebelum mereka masuk di jalan tol,” tutupnya.
Infografik THE CEO, Bintang Perbowo. Foto: Argy Pradypta/kumparan
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten