Mitratel (MTEL) Kembangkan BTS Terbang, Seluruh Tower Pemancar Diganti?

6 Agustus 2024 8:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi pers acara Media Gathering Mitratel 2024 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (5/8/2024).  Foto: Widya Islamiati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi pers acara Media Gathering Mitratel 2024 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (5/8/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Emiten telekomunikasi PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel mengembangkan base transceiver station (BTS) terbang atau wahana dirgantara super (high-altitude platform station/HAPS).
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko atau yang akrab disapa Teddy menuturkan, teknologi baru ini tidak dapat menggantikan tower pemancar yang telah dibangun dan tersebar di seluruh Indonesia.
"Apakah ini akan menggantikan teknologi terresterial yang ada di bawah, saya rasa enggak, di daerah daratan di kota-kota besar infrastruktur fiber optik yang sudah tersebar sedemikian luas itu mungkin secara keadaan memang masih jauh dibandingkan dengan non teresterial network [sistem komunikasi nirkabel]," kata Teddy dalam Media Gathering Mitratel 2024 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Senin (5/8).
Teknisi XL Axiata melakukan pemeriksaan jaringan operator di salah satu menara BTS. Foto: XL Axiata
Hanya saja, Teddy lanjut, teknologi ini akan digunakan untuk menjangkau area-area yang sulit terjangkau oleh BTS, seperti lautan juga menjadi solusi dari persoalan jaringan telekomunikasi di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
ADVERTISEMENT
"Namun kita harus melihat bahwa Indonesia ini konturnya ataupun geografisnya sangat beragam. Faktanya 60 hingga 70 persen itu wilayahnya lautan. Lautan ini juga butuh telekomunikasi butuh kita jaga infrastruktur telekomunikasi yang tidak berada di dalam jaringan terresterial," jelasnya.
MTEL menggandeng produsen sekaligus operator platform HAPS Zephyr, yaitu AALTO HAPS Ltd dalam pengembangan HAPS yang akan dinamai Flying Tower System (FTS) ini.
Senada dengan Teddy, Direktur Investasi MTEL Hendra Purnama mengatakan teknologi ini tidak dapat menggantikan BTS secara keseluruhan.
Lantaran memiliki lantensi antara 5-10 milidetik, sementara BTS berlatensi 0 hingga 5 milidetik. Meskipun lebih baik dibandingkan dengan teknologi Low Earth Orbit (LEO) yang berlantensi sekitar 50 milidetik.
"Ini tidak bisa ini menggantikan teresterial karena teresterial ini latensinya masih 0-5 milidetik, jadi aplikasi-aplikasi yang membutuhkan ping latensi tetap lebih bagus teresterial," jelas Hendra.
ADVERTISEMENT
HAPS merupakan pesawat tanpa pengemudi dengan fungsi yang sama dengan BTS atau stasiun pemancar pada umumnya, hanya saja HAPS tidak berdiri menjulang dari permukaan tanah.
Mengutip laman Kominfo, HAPS merupakan teknologi yang menyediakan layanan wireless narrowband dan telekomunikasi broadband.
Teknologi ini mirip dengan sistem satelit, namun HAPS beroperasi menggunakan balon udara atau drone bertenaga matahari pada ketinggian 5–20 km di lapisan stratosfer.