Modal Asing Masuk Rp 7,66 T di Pasar Keuangan RI Sepekan

20 Januari 2024 12:45 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas menunjukan uang pecahan Rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). Foto: Muhammad Adimaja/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Petugas menunjukan uang pecahan Rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). Foto: Muhammad Adimaja/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing masuk dari pasar keuangan domestik mencapai Rp 7,66 triliun pada 15-18 Januari 2024. Secara rinci, modal asing yang masuk di pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 5,52 triliun, sementara di pasar saham mencatat aliran masuk sebesar Rp 1,65 triliun dan beli neto di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia sebesar Rp 1,50 triliun.
ADVERTISEMENT
Jika diakumulasikan sejak awal tahun ini hingga 18 Januari 2024, nonresiden beli neto Rp 5,72 triliun di pasar SBN, beli neto di pasar SBRI Rp 9,83 triliun. Sementara beli neto di pasar saham senilai Rp 13,67 triliun.
Sementara itu, persepsi risiko terlihat dari premi/fee yang harus dibayar pembeli kepada penjual atau credit default swap (CDS) tercatat naik.
"Premi CDS Indonesia 5 tahun per 18 Januari 2024 sebesar 74,28 bps, naik dibandingkan per 12 Januari 2024 sebesar 72,05 bps," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono melalui keterangan tertulis, Sabtu (20/1).
Rupiah ditutup di level (bid) Rp 15.615 per dolar AS pada Kamis (18/1). Kemudian dibuka pada level (bid) Rp 15.605 per dolar AS pada Jumat (19/1).
ADVERTISEMENT
Imbal hasil atau yield SBN tenor 10 tahun berada di level 6,69 persen pada Kamis (18/1) dan turun di level 6,64 persen pada Jumat (19/1). DXY menguat ke level 103,54. Yield UST (US Treasury) 10 tahun naik ke level 4,142 persen.
"Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut," tutur Erwin.