Modal Awal di Kos-kosan, Achmad Zaky Bakal Jadi Triliuner Usai Bukalapak IPO

21 Juli 2021 19:38 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Achmad Zaky. Foto: Moh Fajri/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Achmad Zaky. Foto: Moh Fajri/kumparan
ADVERTISEMENT
Founder dan mantan CEO Bukalapak, Achmad Zaky, bakal menjadi triliuner jika perusahaan e-commerce yang didirikannya 11 tahun di kos-kosan itu jadi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pencatatan perdana saham BUKA dijadwalkan 6 Agustus 2021 atau dua pekan lagi.
ADVERTISEMENT
Menurut Direktur Utama Bukalapak, Muhammad Rachmat Kaimuddin dalam public expose pada Rabu (9/7). e-commerce ini pertama kali didirikan di sebuah kamar kos kecil dengan modal Rp 80 ribu.
"Bukalapak didirikan 11 tahun lalu secara sederhana dengan mimpi besar. Walaupun dimulai dari kamar kos kecil dan dengan modal Rp 80 ribu," cerita Rachmat kala itu.
Berapa besar keuntungan yang didapat Ahmad Zaky dari hasil IPO Bukalapak?
Berdasarkan prospektus yang diterbitkan perseroan, Bukalapak bakal melepas lebih dari 25 miliar lembar saham biasa ke publik. Nilai nominalnya Rp 50 setiap saham yang mewakili sebanyak-banyaknya 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah penawaran umum perdana saham.
Adapun harga saham dalam pelaksanaan Initial Public Offering (IPO) sendiri, ditawarkan dalam kisaran harga Rp 750 hingga Rp 850 per lembar saham. Dengan harga penawaran awal tersebut, startup marketplace ini menargetkan meraup dana sebesar Rp 19,32 triliun hingga Rp 21,90 triliun.
ADVERTISEMENT
Sebagai founder, saat ini Zaky disebut memiliki 4,45 miliar lembar saham Bukalapak dengan harga nominal Rp 50 per lembarnya. Total saham miliknya bernilai Rp 222 miliar. Lalu, jika pasar menyerap harga yang dipatok Rp 750 hingga Rp 850, nilai saham yang dimilikinya meroket menjadi Rp 3,11 triliun hingga Rp 3,56 triliun.
Tak hanya Zaky, pemegang saham Bukalapak sebelum IPO juga akan ketiban untung dari aksi korporasi ini. Misalnya, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) melalui anak perusahaannya, Kreatif Media Karya (KMK), yang merupakan pemilik portal Liputan6.com, sudah berinvestasi di Bukalapak sejak 2015. EMTK mengempit 31 persen saham Bukalapak dan merupakan pemegang saham terbesar.

IPO Saham Bukalapak Rawan Aksi Ambil Untung

Menjelang IPO, masa penawaran awal Bukalapak sudah berakhir pada Senin (19/7). PT Mandiri Sekuritas sebagai salah satu penjamin pelaksana emisi menyatakan tren investor ritel dan institusi terhadap Bukalapak besar.
ADVERTISEMENT
"Sejak public expose Bukalapak digelar pada 9 Juli 2021, minat investor baik retail maupun institusi relatif besar, terlihat dari banyaknya pemesanan dan pertanyaan tentang pembelian saham Bukalapak," kata Head of Corporate Secretary and Communications Mandiri Sekuritas, Nadya Siregar, kepada kumparan, Senin (19/7).
Analis Saham dari Indopremier Sekuritas, Mino, menilai jika penawaran awal saham BUKA didominasi oleh investor ritel, kemungkinan bakal ada aksi koreksi pada harga saham perusahaan tersebut setelah resmi melantai di Bursa Efek Indonesia. Penyebabnya, karena ada aksi ambil untung (profit taking) karena investor ritel cenderung berinvestasi untuk jangka pendek.
"Memang ada peluang koreksi di awal IPO, tapi bisa juga masih naik karena minat yang cukup tinggi dan kemungkinan besar tidak semua yang melakukan pemesanan awal mendapatkan sahamnya jadi mereka melakukan pembelian di pasar sekunder," katanya dia kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Kekhawatiran adanya aksi ambil untung juga diungkapkan Analis Saham dari LBP Institute, Lucky Bayu Purnomo. Menurut dia, wajar jika banyak investor ritel dan korporasi berminat memesan saham tersebut sebab Bukalapak menjadi perusahaan e-commerce pertama yang melantai di BEI.
Namun, bakal terkoreksinya harga saham BUKA sangat besar. Mengingat saat ini laju IHSG masih rawan koreksi akibat naiknya kasus corona. Ditambah lagi, Bukalapak masih mencatatkan kerugian pada kinerja keuangannya.
"Ini jadi satu momentum di mana pasar ingin menguji peruntungannya. Tapi karena ini kali pertama, memang BUKA akan cenderung menguat, tapi harus diwaspadai adanya profit taking sebab IHSG saat ini msh rawan terhadap potensi koreksi," katanya kepada kumparan.
Agar tidak boncos membeli saham BUKA, menurut dia, investor harus menentukan batas kenaikan harga saham minimal 20-23 persen. Sebab, jika sudah 25 persen akan otomatis auto rejection atas (ARA) 25 persen.
ADVERTISEMENT
"Dengan potensi profit taking, Bukalapak kan ditawarkan di harga Rp 750 hingga Rp 850 per saham, maka strateginya investor harus siapkan toleransi utk mencapai kenaikan harga itu, sekitar 20-23 persen," ujar dia.