Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Moody's Goncang Perbankan AS, Suku Bunga Fed Diprediksi Bakal Makin 'Ganas'
15 Agustus 2023 19:19 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed ) diprediksi akan semakin agresif menaikkan suku bunga acuan tahun ini, imbas lembaga pemeringkat kredit, Moody’s, memangkas peringkat kredit sebagian perbankan kecil hingga menengah di AS.
ADVERTISEMENT
Ketua Bidang Pengkajian & Pengembangan perbanas, Aviliani, menjelaskan suku bunga acuan pasti akan naik lagi karena biasanya ada hubungan erat antara peringkat kredit dan suku bunga.
"Makanya yang tadinya tinggal 25 basis poin, bisa jadi sampai 50 basis poin sampai akhir tahun," ungkap Aviliani saat agenda media literasi UOB di Jakarta, Selasa (15/8).
Aviliani melanjutkan, karena The Fed masih agresif di tahun ini, diprediksi penurunan suku bunga baru terjadi di tahun depan. Namun, penurunan ini pun tidak akan terlalu besar karena ada kemungkinan resesi.
"Atau juga inflasi turunnya tidak signifikan, jadi tahun 2025 lah baru ada perbaikan ekonomi secara global, diperkirakan begitu," lanjut dia.
Sementara efeknya kepada suku bunga Bank Indonesia (BI), kata dia, akan cenderung terjaga karena harus menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Jika inflasi tidak tinggi, maka tidak ada alasan kenaikan suku bunga.
ADVERTISEMENT
Upaya menahan inflasi ini pun dilakukan dengan menerapkan kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE), sebagai kompensasi agar nilai tukar rupiah dan inflasi bisa terjaga.
"Kalau tidak bisa dijaga, uang keluar karena bunga rendah, bisa jadi rupiah melemah, inflasi juga akhirnya, jadi BI sih berusaha suku bunga dengan inflasi yang ada sehingga menahan," jelas Aviliani.
Aviliani menilai, BI juga bisa memanfaatkan pinjaman untuk menjaga cadangan devisa karena lebih murah pinjaman daripada DHE yang suku bunganya harus kompetitif dengan Singapura.
"Tugas BI adalah lebih menjaga nilai tukar, tapi suku bunga saya rasa sampai akhir tahun, tidak ada alasan kalau inflasi bisa dijaga," imbuhnya.
Meski demikian, Aviliani juga menyoroti fenomena El Nino pada Agustus 2023 ini akan berpengaruh kepada ketahanan pangan di Indonesia, sehingga masih ada kemungkinan inflasi terkerek.
ADVERTISEMENT
"Tapi enggak tau juga Agustus ini kan ada El Nino, itu apakah kita bisa jaga pangan, ya kalau bisa inflasi pasti bisa terjaga. Kuncinya itu pangan dan energi," pungkasnya.
Sebelumnya, mengutip Reuters, Rabu (9/8), Moody's akan menurunkan peringkat beberapa pemberi kredit terbesar di AS, mengingat kekuatan kredit akan diuji oleh risiko pendanaan dan keuntungan yang rendah.
Adapun enam bank raksasa sedang ditinjau untuk penurunan peringkat, antara lain Bank of New York Mellon, US Bancorp, State Street dan Truist Financial.