MSCI Kocok Ulang Indeks, Saham GoTo dkk Bakal Masuk Radar?

27 April 2022 13:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
GoTo resmi menjadi perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia, Senin (11/4). Foto: Dok. GoTo
zoom-in-whitePerbesar
GoTo resmi menjadi perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia, Senin (11/4). Foto: Dok. GoTo
ADVERTISEMENT
MSCI Inc, atau sebelumnya bernama Morgan Stanley Capital, berencana meninjau ulang saham-saham anggota MSCI Indonesia Index pada 12 Mei 2020 dan akan berlaku mulai 1 Juni mendatang dengan kriteria terbaru.
ADVERTISEMENT
Kriteria terbaru yang ditambahkan ialah penambahan atau penghapusan Indeks MSCI Indonesia akan ditentukan oleh tingkat likuiditas saham dan kapitalisasi pasar berbasis penyesuaian saham beredar di publik atau free float-adjusted market capitalization (FFMC), di antara kriteria lainnya.
Saat ini, per 20 April 2022, secara keseluruhan, total free-float market cap (FFMC) MSCI Indonesia Index mencakup 56,8 persen dari FFMC Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Hal ini terungkap dalam riset terbaru dari PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM) per 22 April lalu. Dalam riset tersebut, Analis Trimegah Sekuritas Willinoy Sitorus menganalisis sejumlah saham yang akan masuk dalam indeks acuan tersebut, termasuk kemungkinan masuknya tiga perusahaan digital Tanah Air.
Ketiganya yakni, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Bukalapak Tbk (BUKA), dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK). Satu lagi yang berpotensi masuk ialah anak usaha Grup Adaro, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR).
Konstituen MSCI Indonesia Index. Foto: Trimegah Sekuritas
Dari data yang dirangkum Trimegah dan Bloomberg, GOTO memiliki kapitalisasi pasar USD 27,88 miliar atau setara dengan Rp 399 triliun (kurs Rp 14.300/USD), dengan free float 66,39 persen, tingkat kapitalisasi pasar mengambang bebas atau FFMC yang tinggi sebesar USD18,52 miliar dengan rata-rata volume transaksi harian (Average Daily Trading Volume/ADTV) 1 tahun per 20 April USD 102,4 juta per hari atau setara Rp 1,64 triliun/hari.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi Willinoy menegaskan bahwa terlalu dini untuk memasukkan saham-saham perusahaan tersebut karena baru tercatat di papan perdagangan, khususnya GOTO, BUKA dan ADMR.
“GOTO, BUKA, dan ADMR juga memiliki FFMC dan likuiditas yang tinggi, namun dengan perusahaan-perusahaan tersebut yang baru saja go public dalam waktu kurang dari setahun, kami rasa masih terlalu dini untuk dimasukkan ke dalam MSCI Indonesia Index,” tulisnya seperti dikutip, Rabu (27/4).
Di sisi lain, EMTK dinilai memiliki probabilitas tertinggi untuk dimasukkan dalam MSCI Indonesia Index karena Emtek memiliki tingkat kapitalisasi pasar FFMC yang tinggi yakni sebesar USD 2,8 miliar dan likuiditas USD 8,6 juta/hari, yang tercermin dari rata-rata ADTV 1 tahun per 20 April 2022. Hal ini menunjukkan likuiditas saham EMTK yang konsisten selama 1 tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Saham non-MSCI lainnya yang berpeluang masuk indeks MSCI kapitalisasi menengah adalah PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), PT Berkah Beton Sadaya Tbk (BEBS), PT PGN Tbk (PGAS), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA), dan PT XL Axiata Tbk (EXCL).
Analis Trimegah juga menegaskan bahwa kecil kemungkinan akan ada penghapusan saham pada indeks tersebut di Mei 2022 lantaran anggota MSCI Indonesia Index saat ini telah memenuhi persyaratan market cap free-float tinggi, sekitar USD1 miliar dan likuiditas tinggi, ADTV 1Y lebih dari USD 2,5 juta per hari.
“Dimungkinkan tidak ada potensi penghapusan dalam tinjauan indeks tengah tahunan Mei 2022,” tulis Trimegah
ADVERTISEMENT