Untitled Image

#MulaiBerubahDariRumah dengan Mengurangi Sampah Makanan

17 November 2021 10:22 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sering membuang makanan sisa di rumah? Kerap disepelekan, nyatanya kebiasaan food waste ini jadi salah satu penyumbang sampah makanan terbesar di bumi.
Ya, menurut laporan Indeks Keberlanjutan Pangan dari The Economist Intelligence Unit pada 2018, Indonesia berada di urutan ke-53 dari 67 negara yang boros pangan. Sementara itu, menurut data PBB, rata-rata orang Indonesia menyumbang 6 kilogram limbah makanan setiap tahunnya.
Bisa dibayangkan berapa banyaknya sampah yang dihasilkan oleh penduduk Indonesia yang kini mencapai lebih dari 273 juta jiwa. Bila dibiarkan, permasalahan ini tidak hanya menyebabkan penumpukan sampah, tapi bisa memberikan dampak buruk bagi lingkungan hingga kerugian ekonomi yang besar.
Sebab, sampah makanan akan memproduksi gas metana ketika mengalami proses pembusukan. Dilansir laman Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (Ditjen PPI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, metana merupakan salah satu jenis gas rumah kaca (GRK) yang memperburuk pemanasan global.
Menurut PBB, rata-rata orang Indonesia menyumbang 6 kilogram limbah makanan setiap tahunnya. Foto: Shutterstock
Bahkan, gas metana dalam intensitas tinggi dapat mengurangi kadar oksigen atmosfer bumi hingga 19,5 persen. Pada kadar yang lebih tinggi, gas metana dapat menyebabkan kebakaran dan ledakan apabila bercampur dengan udara.
Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk menekan dampaknya? Sebenarnya ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menjaga alam dengan #MulaiBerubahDariRumah. Apa saja?

1. Melakukan meal preparation

Meal preparation, metode merencanakan menu hingga teknik menyimpan makanan untuk periode tertentu. Foto: Shutterstock
Kebiasaan baik untuk menekan food waste bisa dimulai saat mempersiapkan makanan di rumah, yakni dengan metode meal preparation. Disebut juga meal prep, metode ini akan merencanakan menu hingga teknik menyimpan makanan untuk periode tertentu, bisa dalam kurun beberapa hari atau minggu.
Hal pertama yang dilakukan saat menerapkan meal prep adalah mencatat menu apa saja yang akan dimasak dalam beberapa hari beserta bahan-bahannya. Setelah semua bahan dibeli, Anda bisa langsung membersihkannya, memotong, dan menyimpannya di kontainer makanan sesuai kategori. Mulai dari daging, sayuran, hingga bumbu dan rempah.
Tidak hanya meminimalisasi bahan makanan yang terbuang karena membeli terlalu banyak, cara ini bisa menghemat waktu memasak, karena semua bahan makanan telah dibersihkan dan dipersiapkan sebelumnya.

2. Maksimalkan pengolahan imperfect food

Membeli imperfect food menjadi solusi mengurangi pembuangan hasil panen yang sia-sia. Foto: Shutterstock
Jangan ragu mengonsumsi imperfect food, yakni produk sayur dan buah yang tidak lolos seleksi karena bentuk atau ukurannya yang tidak sempurna. Ya, sekarang semakin banyak supermarket hingga e-commerce khusus makanan yang mulai menjual imperfect food.
Tidak hanya harganya lebih miring, dengan membeli imperfect food kita telah berkontribusi mengurangi pembuangan hasil panen yang sia-sia. Kita juga bisa membantu petani agar tidak rugi akibat hasil panen yang tidak sempurna dari segi bentuk dan ukuran.
Selain itu, apa di rumah ada buah-buahan yang sudah layu atau terlalu matang? Jangan langsung dibuang, karena buah sisa tersebut masih bisa diolah menjadi hidangan lain yang menggugah selera.
Misalnya pisang yang terlalu matang bisa diolah menjadi bahan campuran smoothie atau kue. Atau buah beri yang sudah mulai layu bisa dibuat menjadi selai untuk memperpanjang masa simpannya.

3. Olah sisa makanan menjadi kompos

Manfaatkan limbah sisa makanan seperti kulit buah dan sayuran menjadi kompos organik. Foto: Shutterstock
Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menerapkan gaya hidup zero waste dari dapur, salah satunya dengan memanfaatkan limbah sisa makanan seperti kulit buah dan sayuran menjadi kompos organik.
Kulit buah, sisa sayur, bumbu kedaluwarsa, kulit telur, hingga roti yang sudah basi merupakan beberapa contoh makanan yang bisa diolah menjadi kompos. Untuk mempercepat proses pembentukan kompos, campurkan bahan sisa tersebut dengan mikroba pengurai sampah, bisa dari kotoran kambing atau sapi dan buttermilk. Selanjutnya, tutup wadah dengan rapat dan biarkan selama sekitar tiga minggu.
Limbah buah juga bisa diolah menjadi eco enzyme yang bisa digunakan untuk disinfektan, pembersih lantai, hingga pembasmi hama. Membuat eco enzyme mudah, karena hanya membutuhkan kulit buah, gula, dan air dengan perbandingan 10:1:3. Lalu simpan di wadah tertutup dan biarkan selama 3 bulan.
Apa Anda sudah melakukan tiga hal tersebut? Jika iya, artinya Anda juga telah berkontribusi dalam gerakan #MulaiBerubahDariRumah 2.0 yang diinisiasi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG). Melalui kampanye #MulaiBerubahDariRumah, bagi SIG setiap perubahan besar bermula dari langkah kecil, termasuk kebiasaan-kebiasaan yang kita lakukan dari rumah.
Kontribusi nyata juga dilakukan melalui gerakan #MulaiBerubahDariRumah 2.0 #MulaiCeritaDariRumah pada 1-31 Oktober lalu yang mengajak masyarakat menceritakan perubahan kecil seputar minimalisasi food waste yang sudah dilakukan beserta manfaat yang bisa dirasakan. Hasilnya, SIG berhasil mengumpulkan 566 karya inspiratif yang diunggah di media sosial, untuk kemudian dikonversi oleh SIG menjadi paket bantuan yang didonasikan bagi masyarakat.
Dari cerita inspiratif tersebut, SIG kemudian mengkonversikannya menjadi 566 paket makanan dan 566 paket sembako yang telah disalurkan untuk memenuhi kebutuhan harian bagi pekerja informal, lansia dan anak-anak yang ada di kawasan Jakarta. Mulai dari kawasan Kembangan, Jakarta Barat; Kebayoran, Jakarta Selatan; Kemayoran, Jakarta Pusat; Kramat Jati, Jakarta Timur; hingga Koja, Jakarta Utara.
Melalui gerakan #MulaiBerubahDariRumah2.0, SIG menyalurkan 566 paket sembako dan 566 paket makanan kepada masyarakat. Foto: Dok. SIG
Penyaluran paket dilakukan bersama lembaga Foodbank of Indonesia secara bertahap mulai Rabu (10/11) hingga Senin (22/11). Dengan semangat sustainability, digitalization, dan empowerment, SIG mengajak masyarakat untuk melakukan perubahan kecil demi kehidupan yang berkelanjutan di masa depan.
Gerakan ini juga sejalan dengan komitmen SIG untuk memberikan solusi tidak hanya memenuhi harapan stakeholder, tapi sebagai pendorong agar semakin banyak industri bahan bangunan yang memperhatikan keberlanjutan dalam setiap aktivitasnya.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan SIG
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten