Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Naik Turun Bisnis Mainan Anak-anak di Pasar Gembrong Usai Relokasi
16 April 2025 17:49 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Seolah kedap suara, tak ada bising yang terdengar di lorong panjang antara toko-toko tak berpenghuni di Pasar Gembrong Baru, Jakarta Timur. Padahal, deru kendaraan di luar bangunan dengan plang Pasar Cipinang Besar Gembrong Baru ini terdengar bersahut-sahutan.
ADVERTISEMENT
Salah satu pedagang di pasar tersebut, Agus Wahyudi mengatakan deretan toko itu semakin ditinggalkan penyewanya sejak pandemi COVID-19 melanda. Belum lagi menjelang pandemi melanda, Agus dan para penjual mainan lainnya harus direlokasi karena tempat jualannya menjadi bagian dari Tol Becakayu.
Agus mengenang dulu pada awal direlokasi dari pasar lama, masih ramai rekan-rekannya sesama pedagang yang menjajakan mainan. Kini, hanya beberapa orang yang bertahan di lokasi pasar baru, termasuk Agus, yang menjajakan mainan dengan konsumen utama pedagang mainan di sekolah-sekolah.
Selain kehilangan rekan-rekan yang dulunya menjual mainan bersama di Pasar Gembrong lama, Agus juga terpaksa menggigit jari. Sebab pendapatannya merosot lebih dari 50 persen sejak direlokasi.
“Turun sekali, banyak turunnya. Lebih (50 persen),” kata Agus saat ditemui di lapak dagangannya di Pasar Gembrong Baru, Rabu (16/4).
ADVERTISEMENT
Agus yang menjual mainan seperti mobil-mobilan, boneka barbie, berbagai macam ikat rambut, hingga kipas angin kecil itu juga mengaku kehilangan momen masa anak-anak menghabiskan Uang Hari Raya atau biasa disebut THR anak setelah Lebaran Idulfitri.
Sudah lebih dari empat tahun sejak kepindahannya ke Pasar Gembrong Baru ini, dia tidak lagi menikmati ‘peak season’ yang dinanti-nanti pedagang mainan tersebut.
"Anak kecil kan minimal megang THR Rp 200 ribu, Rp 300 ribu, (tapi) Lebaran kemarin aja kurang (pembeli). Kalau dulu di Gembrong (lama) udah kayak panen,” terang Agus.
Bahkan, menurut Agus, saat berjualan di tempat sebelumnya, tidak hanya setelah Idulfitri, penjualan sudah meroket sejak Ramadan tiba. Ia mengatakan dulu banyak penjual makanan yang berjualan di sekolah-sekolah beralih profesi menjadi penjual mainan.
ADVERTISEMENT
Hanya saja, momen seperti ini tidak lagi dinikmatinya setelah pindah ke Pasar Gembrong Baru. Dia menyadari, lokasi Pasar Gembrong Baru yang dinilai kurang strategis menjadi penyebab kurangnya pembeli.
“Karena kendaraannya enggak ada ke sini. Kalau yang di sana enak naik kereta Stasiun Jatinegara bisa,” ujar Agus.
Sepanjang kumparan berbincang dengan Agus selama kurang lebih satu jam, toko Agus didatangi oleh tiga pelanggan yang merupakan pedagang di sekolah.
Untuk menutupi kurangnya pembeli yang datang langsung, pedagang di pasar ini juga mulai menjajal penjualan online melalui e-commerce.
Tak jauh dari Pasar Gembrong Baru, masih di jalan Jalan Jenderal Basuki Rachmat, tepatnya berseberangan dengan Mall Bassura, banyak toko mainan berderet. Berdasarkan pengakuan petugas parkir di sana, para pedagang ini juga merupakan bagian dari Pasar Gembrong.
ADVERTISEMENT
Hanya saja, berbeda dengan para pedagang di Pasar Gembrong Baru yang menggigit jari akibat kurangnya pembeli, pedagang di pasar ini justru kerap meraup cuan usai Lebaran.
Salah satu pedagang di sana, Wahyudin mengaku mendapat cuan hingga Rp 10 juta dalam sehari usai Lebaran.
Wahyudin dengan tokonya Doeng Barbie diuntungkan oleh kebiasaan masyarakat yang mengajak anak-anaknya berbelanja mainan usai dapat THR Lebaran Idulfitri.
“Masih ada THR itu jajan ini, Lebaran kemarin Rp 10 juta di Lebaran kedua (H+2 Lebaran), tapi Lebaran ketiga, keempat makin turun, ” tutur Wahyudin.
Selain pada libur Lebaran, pedagang mainan di area ini juga kerap meraup cuan di akhir pekan. Wahyudin mengatakan angka omzet harian di akhir pekan biasanya berkisar Rp 2 juta sampai Rp 3 juta.
ADVERTISEMENT
Meski banyak mainan dengan harga yang lebih miring dijajakan secara online, Wahyudin memastikan masih banyak juga pembeli yang ingin melihat barang secara langsung. Sehingga, toko-toko mainan di sepanjang Jalan Basuki Rachmat ini masih tetap kebanjiran pembeli pada masa peak season, seperti Lebaran dan Tahun Baru.
Toko Wahyudin menjajakan mainan mulai dari Rp 40.000 hingga Rp 350.000 per unit, seperti boneka barbie, rumah barbie, meja belajar, mobil-mobilan, skuter, hingga bola.
Sekitar dua jam kumparan berada di area ini, ada beberapa toko yang didatangi oleh keluarga. Anak-anak yang turun dari kendaraan roda dua terlihat kegirangan melihat mainan-mainan yang dijajakan.
Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh deretan toko mainan ini memang lokasinya yang strategis. Pembeli tidak perlu repot mencari tempat parkir untuk membeli mainan anak-anak di sini.
ADVERTISEMENT