Nasdaq & S&P 500 Turun, Terbebani Saham Netflix dan Masih Tinggi Suku Bunga Fed

22 April 2024 5:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Netflix. Foto: REUTERS/Dado Ruvic
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Netflix. Foto: REUTERS/Dado Ruvic
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dua indeks Wall Street yaitu Nasdaq dan S&P 500 berakhir lebih rendah pada Jumat (19/4). Pergerakan mereka terbebani melemahnya saham Netflix dan pesimistisnya investor Amerika Serikat (AS) terhadap penurunan suku bunga Federal Reserves.
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters, S&P 500 (.SPX) kehilangan 43,89 poin, atau 0,88 persen, menjadi 4.967,23 dan Nasdaq Composite (.IXIC) kehilangan 319,49 poin, atau 2,05 persen, menjadi 15.282,01.sementara rata-rata Industri Dow Jones (.DJI) naik 211,02 poin, atau 0,56 persen, menjadi 37.986,40.
Pelemahan saham Netflix menjadi salah satu hambatan terbesar pada indeks acuan S&P 500 dan Nasdaq usai pendapatan perusahaan streaming video tersebut pada kuartal kedua tidak sesuai dengan ekspektasi para analis. Sementara perusahaan juga secara tak terduga mengatakan tidak akan lagi menyediakan jumlah pelanggan.
Namun Dow Industrials berhasil naik tipis terdorong sentimen positif American Express usai perusahaan pembayaran tersebut melaporkan laba kuartal pertama yang berada di atas ekspektasi.
Ilustrasi Wall Street. Foto: Shutterstock
Ekuitas mengalami kesulitan baru-baru ini menyusul reli selama lima bulan yang dimulai pada November, sebagian karena ekspektasi The Fed kemungkinan akan menurunkan suku bunga pada paruh pertama tahun ini.
ADVERTISEMENT
Namun serangkaian data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan baru-baru ini, data pasar tenaga kerja yang kuat, ketegangan geopolitik di Timur Tengah telah memicu kenaikan harga minyak, dan komentar dari pejabat Federal Reserve termasuk Ketua Jerome Powell, menyebabkan pelaku pasar menunda waktu penurunan suku bunga dari bank sentral.
“Anda telah melihat ekspektasi penurunan suku bunga terus muncul di pasar, dan hal tersebut memang seharusnya terjadi karena tidak ada data yang menyatakan bahwa penurunan suku bunga harus dilakukan,” kata Kepala Penelitian dan Strategi Kuantitatif, Mike Dickson dikutip dari Reuters pada Senin (22/4).
“Jadi dalam kondisi ini ketika Anda duduk di dekat level tertinggi, itu berarti tidak akan terjadi penurunan suku bunga dan kenaikan berlipat ganda karena hal tersebut, hal tersebut harus didorong oleh pertumbuhan pendapatan. Tampaknya tidak terlalu menguntungkan untuk suku bunga yang lebih rendah, yang lebih penting adalah gambaran pertumbuhan pendapatan," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Secara mingguan, S&P 500 turun 3,05 persen, Nasdaq turun 5,52 persen, dan Dow naik 0,01 persenn. S&P mengalami penurunan mingguan terbesar sejak Maret 2023 dan Nasdaq mengalami penurunan mingguan terbesar sejak pekan 31 Oktober 2022.
Selain itu, S&P dan Nasdaq telah jatuh selama enam sesi berturut-turut, penurunan beruntun terpanjang sejak Oktober 2022, dengan S&P kini turun 5,46 persen dari rekor penutupannya pada 28 Maret.
Saham-saham yang terkait dengan chip, yang merupakan salah satu yang berkinerja terbaik tahun ini berkat menggandeng Artificial Intelligence (AI) juga anjlok, dengan Philadelphia Semiconductor Index (.SOX) turun 4,12 persen. Indeks ini mencatat persentase penurunan mingguan terbesar dalam hampir dua tahun dengan penurunan sebesar 9,23 persen.
Saham Paramount Global (PARA.O) melonjak 13.4 persen setelah seseorang yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa Sony Pictures Entertainment (6758.T) dan Manajemen Global Apollo (APO.N) sedang mendiskusikan membuat penawaran bersama untuk perusahaan.
ADVERTISEMENT
Di NYSE, jumlah saham yang naik melebihi jumlah yang menurun dengan rasio 1,8 banding 1 dan rasio 1,08 banding 1 di Nasdaq. Terdapat 31 harga tertinggi baru dan 86 harga terendah baru, sedangkan di Nasdaq terdapat 34 harga tertinggi baru dan 208 harga terendah baru.
Volume di bursa AS adalah 11,48 miliar lembar saham, dibandingkan dengan rata-rata 10,99 miliar saham untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.