Nasib BATA Setelah Tutup Pabrik di Purwakarta dan PHK 233 Karyawannya

3 Desember 2024 14:20 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi toko sepatu Bata. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi toko sepatu Bata. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Tujuh bulan usai menutup pabrik sepatu di Purwakarta, manajemen PT Sepatu Bata Tbk (BATA) menjelaskan nasib kelangsungan bisnis perusahaan pada paparan publik tahunan (public expose) kepada para pemegang saham, Kamis (28/11).
ADVERTISEMENT
Direktur BATA, Hatta Tutuko, mengatakan perusahaan akan mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk meningkatkan penjualan sepatu dan asesoris pada tahun 2025.
"Perseroan mengalihkan produksi dengan bekerja sama dengan supplier lokal yang mumpuni," tulis hasil paparan publik mengutip keterbukaan informasi, Selasa (3/12).
Seiring pemberhentian produksi pabrik di Purwakarta, perusahaan juga melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 233 pekerja.
Hatta menjelaskan proses PHK telah mencapai kesepakatan antara perusahaan dan serikat pekerja dalam waktu yang relatif cepat, serta berjalan sesuai aturan perundang-undangan ketenagakerjaan.
"Terhadap karyawan pabrik yang di-PHK, Perseroan memberikan pesangon yang lebih baik," imbuhnya.
Manajemen juga memastikan proses restrukturisasi usaha telah rampung. Perusahaan terus berupaya untuk menjaga kepercayaan kepada supplier.
Ilustrasi toko sepatu Bata. Foto: Shutterstock
"Selama ini, para supplier lokal menjaga etika bisnis dengan menjaga produk yang dipesan oleh Perseroan," kata dia.
ADVERTISEMENT
Kinerja PT Sepatu Bata Tbk. (BATA) mengalami kerugian senilai Rp 126,86 miliar sepanjang semester 1 2024. Kondisi ini terjadi seiring dengan penjualan sepatu yang menurun.
Berdasarkan keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), produsen sepatu tersebut mencatatkan penjualan Rp 260,29 miliar hingga paruh pertama 2024. Nilai tersebut turun 22,47 persen jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 335,76 miliar.
Tak hanya itu, beban pokok penjualan juga tercatat turun 15,7 persen menjadi Rp 166,97 miliar dari periode sama tahun sebelumnya senilai Rp 198,21 miliar.
Sedangkan beban umum dan administrasi turun menjadi Rp 45,25 miliar dari Rp 57,70 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Beban restrukturisasi tercatat Rp 64,47 miliar.
Sementara itu, penjualan BATA pada semester I 2024 terbesar dari penjualan domestik pihak ketiga yakni Rp 259,51 miliar atau setara 99,7 persen dari total penjualan. Sedangkan dari penjualan ekspor kepada pihak berelasi tercatat hanya sebesar Rp776,37 juta.
ADVERTISEMENT