Nasib Ladang Gas Terbesar Ketiga RI Diputuskan Bulan Ini

13 September 2018 12:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ladang minyak (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ladang minyak (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Kontrak ConocoPhilips di Blok Corridor, ladang gas dengan produksi terbesar ketiga di Indonesia, akan habis pada 2023. Nasib Blok Corridor pasca 2023 akan diputuskan Kementerian ESDM pada akhir bulan ini.
ADVERTISEMENT
ConocoPhilips sebagai kontraktor eksisting masih berminat untuk terus mengelola Blok Corridor. Namun, Pertamina juga mengincar ladang gas di Kabupaten Muba, Sumatera Selatan ini.
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan, pihaknya sedang melakukan evaluasi untuk menentukan apakah kontrak ConocoPhilips akan diperpanjang atau Pertamina yang akan mengelola blok ini mulai 20 Desember 2023. Keputusan akan diambil akhir bulan ini.
Arcandra Tahar di Manado (23/8/2018). (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Arcandra Tahar di Manado (23/8/2018). (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
"Kita evaluasi bulan ini. Targetnya sebulan lah kita evaluasi," kata Arcandra saat ditemui di Kantor Staf Presiden, Jakarta, Kamis (13/9).
Ia menambahkan, Pertamina sudah membuka data Blok Corridor. Pertamina akan melihat dulu potensi, prospek, dan keekonomian Blok Corridor.
"Data observe-nya, potensi ke depan seperti apa, keekonomiannya, prospek, dan lain-lain," ujarnya.
Blok Corridor dikelola oleh ConocoPhipis sejak 2002 setelah perusahaan migas asal Amerika Serikat (AS) itu mengakuisisi Gulf Resources. Di blok tersebut, ConocoPhilips memiliki hak kelola 54 persen dan menjadi operator. Selain itu, Pertamina memiliki hak kelola sebesar 10 persen dan Repsol Energy 36 persen.
ADVERTISEMENT
Per Semester I 2018, produksi gas Blok Corridor mencapai 841 MMSCFD, hanya kalah dari Blok Mahakam (916 MMSCFD) dan Tangguh (1.049 MMSCFD).