Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Nasib Sawit di Uni Eropa: Kena Kampanye Hitam dan Wajib Bersertifikat
25 April 2018 15:26 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB

ADVERTISEMENT
Produk minyak kelapa sawit Indonesia menerima perlakuan diskriminatif di Uni Eropa. Selain dikecam karena dianggap menjadi penyebab deforestasi, minyak sawit Indonesia yang dipasarkan wajib menyertakan sertifikat.
ADVERTISEMENT
Ada dua sertifikat yang diwajibkan, yaitu ISPO atau Indonesia Sustainable Palm Oil dan RSPO atau Roundtable on Sustainable Palm Oil. Padahal produk minyak nabati lainnya seperti kedelai, rapeseed, dan bunga matahari tak perlu melampirkan sertifikat.
CEO WWF Indonesia, Aditya Bayunanda mengungkapkan, dengan adanya kewajiban sertifikasi memang seakan mendeskriminasi minyak sawit. Hanya saja dia berpikir bahwa kewajiban sertifikasi minyak sawit menjadi babak baru industri kelapa sawit di Indonesia.
"Sawit ini ada yang legal dan ilegal, yang ilegal masih banyak terjadi. Dengan ISPO adalah upaya pemerintah untuk mendorong dan memperbaiki tata kelola itu. Kita bukan semata ada perang dagang, tetapi ada persoalan namun mulai melangkah untuk memperbaiki itu," ujar dia di Konferensi Kelapa Sawit International atau International Conference on Oil Palm and Environment (ICOPE) 2018 di Westin Hotel, Nusa Dua, Bali, Rabu (25/4).
ADVERTISEMENT
Sementara itu, President Director Sinar Mas Agribusiness and Food, Daud Dharsono menambahkan, perusahaan sama sekali tidak keberatan dengan kewajiban sertifikasi produk kelapa sawit. Dia juga tidak memperdulikan mengapa harus minyak sawit yang disertikasi, sedangkan jenis minyak nabati lainnya tidak.
"Kita melihat sertifikasi ini suistanability untuk kebaikan dan keberlanjutan serta titik temu profit, people dan planet. Ini sah saja dan baik saja," timpalnya.

Sedangkan Direktur Cirad Prancis untuk Asia Tenggara, Alain Rival menyatakan, nasib minyak sawit Indonesia di Uni Eropa ke depan akan semakin baik. Salah satunya karena adanya kewajiban sertifikasi tadi yang mengedukasi masyarakat Uni Eropa bahwa mekanisme produksi minyak sawit Indonesia sudah menerapkan prinsip keberlanjutan. Cirad Prancis adalah sebuah lembaga riset independen yang berkantor pusat di Prancis
ADVERTISEMENT
"Debat tentang sawit masih berlanjut dan kami berhati-hati dalam melihat. Apakah teman-teman di Parlemen Uni Eropa memahami peran sawit seperti apa. Saat ini sudah ada progres. Memang sertifikasi adalah sebuah proses yang tidak biasa tetapi ini menjadi sebuah regulasi yang luar biasa," tutupnya.