Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
PT Pertamina (Persero) masih mempunyai beragam proyek kilang. Salah satunya Grass Root Refinery (GRR) atau kilang baru di Bontang, Kalimantan Timur.
ADVERTISEMENT
Pertamina juga mengerjakan 5 proyek kilang lainnya yaitu GRR Tuban, Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, RDMP Dumai, RDMP Balongan, dan RDMP Cilacap.
Namun, tidak semua proyek kilang Pertamina berjalan lancar seperti yang diinginkan. Ada yang harus ditunda untuk sementara waktu dan ada juga yang prosesnya tetap berjalan.
Berikut ini nasib beberapa proyek kilang Pertamina:
Pembangunan Kilang Bontang Dihentikan Sementara
PT Pertamina (Persero) memutuskan menunda pembangunan Grass Root Refinery (GRR) atau kilang baru di Bontang, Kalimantan Timur. Padahal, ini merupakan proyek besar dengan nilai investasi mencapai USD 15 miliar.
Direktur Mega Proyek dan Petrokimia Pertamina Ignatius Talullembang menjelaskan, keputusan ini terpaksa diambil Pertamina karena ditinggal mitranya asal Oman, Overseas Oil and Gas LLC (OOG). Pertamina dan OOG pertama kali menjajaki kerja sama ini pada Desember 2018.
ADVERTISEMENT
"Bontang sempat jalan, kemudian partnernya enggak bisa lakukan, kita hold dulu, kaji lagi, kebutuhan supply and demand seperti apa. Nanti kalau sudah clear, kita akan bicarakan lagi," kata dia dalam konferensi pers secara daring, Jumat (5/6).
Sebelumnya, proyek GRR Bontang ditargetkan mampu membangun kilang baru berkapasitas 300 ribu barel per hari. OOG memenangkan status strategic partner setelah bersaing dengan beberapa kompetitor lain untuk menggarap proyek ini bersama Pertamina.
Saudi Aramco Mundur dari Proyek Kilang Cilacap
Setelah digantung bertahun-tahun, PT Pertamina(Persero) akhirnya menyatakan tak akan bermitra dengan Saudi Aramco di proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap, Jawa Tengah. Keputusan ini diambil setelah BUMN perminyakan asal Arab Saudi itu menyatakan mundur.
ADVERTISEMENT
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang menjelaskan, mundurnya Aramco karena tak ada kesepakatan di antara kedua pihak terkait valuasi yang ditawarkan Pertamina di proyek ini. Keputusan itu disampaikan Aramco pada akhir April lalu setelah intens berkomunikasi dengan Pertamina.
"Artinya mereka dengan sadar sepenuhnya mereka tidak bisa bergabung membangun Kilang Cilacap ini," kata dia dalam konferensi pers secara daring, Jumat (5/6).
Karena Aramco mundur, Pertamina pun tengah mencari mitra baru untuk mengerjakan pengembangan kilang ini. Rencananya, Kilang Cilacap bakal menghasilkan produk biorefinery setara euro 5.
Perseroan menyatakan telah menyelesaikan masalah lahan di proyek ini. Sambil mencari mitra baru, Pertamina akan melakukan beberapa langkah mulai dari mempersiapkan skema bisnis hingga melakukan percepatan beberapa proyek terkait biorefinery sebagai bagian dari modifikasi kilang.
ADVERTISEMENT
Kerja Sama dengan CPC Taiwan untuk Bangun Kilang Petrokimia Balongan
PT Pertamina(Persero) menandatangani kerja sama dengan China Petroleum Corporation (CPC) Taiwan pada Jumat (5/6). Kerja sama terkait pembangunan kilang petrokimia di sekitar Kilang Balongan, Indramayu, Jawa Barat.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina, Ignatius Tallulembang, mengatakan proyek ini ada tiga fase. Untuk fase pertama dan kedua, merupakan pengembangan kilang eksisting yang ditargetkan rampung pada 2022.
"Di situ ada produk yang bisa kita proses jadi petrokimia. Fase ketiga, bangun refinery yang akan terintegrasi dengan petrokimia yang akan dilakukan CPC. Siang ini HOA akan ditandatangani Bu Dirut (Nicke Widyawati)," katanya dalam konferensi pers daring, Jumat (5/6).
Tallulembang mengatakan, proyek petrokimia di Balongan berbeda dengan proyek RDMP atau modifikasi kilang Balongan. Akan tetapi, lokasi kedua proyek ini tak berjauhan karena saling berkaitan.
ADVERTISEMENT
Selain CPC, ada The Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC) asal Uni Emirat Arab (UEA), yang mengincar proyek kilang petrokimia ini. Tallulembang menjelaskan, hingga saat ini ADNOC masih menjadi calon mitra Pertamina.
Saat ini, ADNOC masih melakukan feasilibity study yang kemungkinan baru selesai pada Agustus mendatang. Jika ADNOC sepakat, kedua perusahaan bisa bekerja sama di fase ketiga.