Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
![Presiden Joko Widodo saat meresmikan Pabrik Gula di Bombana, Sulawesi Tenggara. Foto: Lukas/Biro Pers Sekretariat Presiden](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1603350376/qsh8ewdp7qyczrtgz6fg.jpg)
ADVERTISEMENT
Neraca komoditas gula diperkirakan rampung terlebih dahulu dibandingkan komoditas lainnya. Adapun pembuatan neraca komoditas merupakan amanah dari UU Cipta Kerja .
ADVERTISEMENT
Beleid tersebut selanjutnya dipertegas melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perindustrian.
Direktur Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Supriadi mengatakan, neraca komoditas nantinya berisi real time data hasil produksi dan pasokan seluruh komoditas di Indonesia, baik untuk keperluan industri maupun konsumsi. Menurutnya, sejauh ini yang akan rampung lebih dulu adalah gula.
“Sebentar lagi juga jadi (neraca komoditas), PP sudah keluar. Yang lebih dulu selesai gula, kalau dari kami (Kemenperin), sudah siap semua,” ujar Supriadi kepada kumparan, Selasa (20/4).
Dia melanjutkan, neraca komoditas akan memanfaatkan teknologi, sehingga masyarakat juga bisa mengetahui jumlah pasokan suatu komoditas berdasarkan fakta di lapangan. Sebab saat ini, data pasokan komoditas masih berdasarkan potensi.
ADVERTISEMENT
Lembaga National Single Window (LNSW) akan menjadi penanggung jawab neraca komoditas. LNSW merupakan unit di bawah Kementerian Keuangan yang bertugas melakukan pengelolaan Indonesia National Single Window (INSW) dan penyelenggaraan sistem INSW.
“Nantinya riil time, kita manfaatkan 4.0 itu. Kalau sekarang kan masih based on potency, nantinya riil time, kita bisa tahu berapa pasokan komoditas, hasil produksinya berapa, di mana lokasinya,” jelasnya.
“Yang masih jadi tantangan memang komoditas pertanian dan perikanan, hitung ikan di laut berapa semuanya real time, berapa sapi yang siap potong real time, di daerah mana. Kami terus koordinasi terus dengan kementerian terkait lain untuk neraca komoditas,” lanjutnya.
Sementara itu, Ketua Forum Lintas Asosiasi Industri Pengguna Gula Rafinasi (FLAIFGR), Dwiatmoko Setiono, menjelaskan pihaknya mendukung rencana pembentukan neraca komoditas. Namun menurutnya yang perlu diperhatikan adalah keberadaan data bahan baku yang valid.
ADVERTISEMENT
“Sebelum membuat neraca, kita harus tentukan stok awal berapa dan stok akhir berapa,” kata dia.
Dwi menuturkan, seluruh pemangku kepentingan seperti kementerian/lembaga, termasuk pelaku usaha, harus menyepakati data awal yang akan digunakan dalam neraca komoditas. Apalagi, saat ini Indonesia masih dihadapkan kepada data-data yang tidak valid.
“Data yang tercatat di atas kertas seringkali berbeda dengan fakta di lapangan,” jelasnya.
Selain kesamaan data, hal lain yang tak kalah pentingnya adalah kesepahaman mengenai metode pengumpulan dan analisis. Menurut dia, penyusunan neraca komoditas memerlukan penyamaan metode statistik agar tercipta kesatuan data.
Untuk itu, kejujuran seluruh pemangku kepentingan menjadi krusial dalam menyusun neraca komoditas yang kredibel dan akurat. “Bisa saja data dalam neraca komoditas dibuat-buat untuk kepentingan beberapa pihak,” kata Dwi.
ADVERTISEMENT
Dia mencontohkan, sejak tahun 2010 industri tidak boleh melakukan impor gula mentah/kasar (raw sugar) akibat kebijakan pembatasan importasi. Secara konsep, kebijakan ini memang cukup bagus, namun di lapangan justru mendorong pelaku usaha untuk berbuat curang.
Indonesia sendiri pernah menjadi negara pengekspor gula terbesar kedua di dunia. Sayangnya, di tengah kebutuhan gula yang meningkat setiap tahunnya, Indonesia belum mampu mengatasi permasalahan kesejahteraan petani dan mendorong teknologi untuk produksi.
Dwiatmoko menegaskan, jika ingin meningkatkan kuantitas dan kualitas gula di dalam negeri, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan. Di antaranya, meningkatkan produktivitas perkebunan tebu dan bibit bagi petani, serta pembaharuan mesin dan teknologi di pabrik gula.
“Impor gula tidak akan bisa ditekan jika hal-hal tersebut tidak dilakukan,” tambahnya.
ADVERTISEMENT