Neraca Perdagangan RI Defisit USD 3,2 M di 2019, Lebih Baik dari 2018

15 Januari 2020 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi Pers Tahunan BPS di Kantor Pusat, Jakarta Pusat, Kamis (2/1). Foto: Abdul Latif/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi Pers Tahunan BPS di Kantor Pusat, Jakarta Pusat, Kamis (2/1). Foto: Abdul Latif/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar USD 3,2 miliar sepanjang Januari-Desember 2019. Realisasi ini membaik dibandingkan capaian tahun 2018 yang mengalami defisit sebesar USD 8,6 miliar.
ADVERTISEMENT
"Defisit ini jauh lebih kecil bila dibandingkan tahun 2018, hampir sepertiganya. Jadi masih defisit, tapi jauh lebih kecil," ungkap Kepala BPS Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Rabu (15/1).
Sepanjang 2019, impor tercatat sebesar USD 170,72 miliar, sedangkan laju ekspor tercatat lebih lambat yakni sebesar USD 167,52 miliar.
Penyebab defisit neraca perdagangan masih berasal dari migas. Sektor ini menyumbang kinerja defisit sebesar USD 9,34 miliar sepanjang 2019, mengecil dari defisit migas di tahun 2018 yang sebesar USD 12,69 miliar.
Defisit migas ini terdiri dari minyak mentah yang mengalami defisit sebesar USD 4 miliar. Hal yang sama juga terlihat dari hasil minyak yang defisit sebesar USD 11,73 miliar. Sedangkan untuk gas tercatat mengalami surplus sebesar USD 6,39 miliar.
Konferensi Pers Badan Pusat Statistik (BPS) soal kinerja neraca perdagangan Indonesia Desember 2019. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
Secara rinci, laju ekspor migas di sepanjang tahun 2019 mencapai USD 12,53 miliar, sedangkan laju impor mencapai sebesar USD 21,88 miliar. Sedangkan kinerja nonmigas tercatat mengalami surplus sebesar USD 6,15 miliar sepanjang 2019. Terdiri dari laju impor nonmigas sebesar USD 148,83 miliar, dan ekspor yang sebesar USD 154,98 miliar.
ADVERTISEMENT
"Berharap ke depan ekspor Indonesia bisa semakin meningkat, dan impor terkendali, sehingga neraca dagang bisa mengalami surplus," ujar Suhariyanto.
Sepanjang 2019 kemarin, dari kinerja 12 bulan, 6 bulan di antaranya neraca perdagangan tercatat surplus. Capaian ini lebih baik ketimbang 2018 yang hanya mencatatkan surplus sebanyak 3 bulan.