Neraca Perdagangan RI Diproyeksi Kembali Surplus USD 1,62 M di Maret 2024

21 April 2024 20:30 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di Pelabuhan Tanjung Priok yang dikelola PT Pelindo II, saat crane membongkar muat peti kemas dari kapal-kapal kargo. Foto: Wendiyanto Saputro/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Pelabuhan Tanjung Priok yang dikelola PT Pelindo II, saat crane membongkar muat peti kemas dari kapal-kapal kargo. Foto: Wendiyanto Saputro/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kepala Ekonomi Bank Permata, Josua Pardede memproyeksi neraca perdagangan Indonesia akan mencatatkan surplus kembali di Maret sebesar USD 1,63 miliar. Adapun, Badan Pusat Statistik (BPS) bakal merilis data neraca dagang pada Senin (22/4).
ADVERTISEMENT
"Kami memproyeksikan neraca perdagangan pada bulan Maret 2024 tercatat surplus USD 1,63 miliar," kata Josua kepada kumparan, Minggu (21/4).
Josua mengatakan surplus bulan Maret akan melampaui surplus perdagangan bulan Februari 2024 yang tercatat USD 867 juta. Namun surplus perdagangan Maret masih berada di bawah rata-rata tiga tahun.
Menurutnya, tren penurunan surplus ini terutama disebabkan oleh normalisasi harga komoditas yang sedang berlangsung.
"Kami mengantisipasi peningkatan ekspor bulanan karena ekonomi Tiongkok meningkat setelah berakhirnya liburan Tahun Baru Imlek di Tiongkok," ungkapnya.
Ia memproyeksi kinerja ekspor bulanan naik sekitar 8,05 persen mtm namun laju pertumbuhan tahunan dari kinerja ekspor diperkirakan mengalami kontraksi sebesar -10,91 persen yoy. Peningkatan laju bulanan ekspor utamanya didorong oleh akselerasi ekonomi Tiongkok, mitra dagang terbesar Indonesia, setelah liburan panjang Tahun Baru Imlek di bulan Februari.
ADVERTISEMENT
Vice President Economist Permatabank Josua Pardede. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
Permintaan dari Tiongkok diperkirakan akan membaik, sejalan dengan peningkatan impor Tiongkok dari Indonesia sebesar 9,65 persen mom di bulan Maret 2024. Selain itu, harga CPO meningkat selama bulan Ramadan karena lonjakan permintaan domestik dari negara-negara pengekspor utama.
"Kami memperkirakan adanya kenaikan impor bulanan seiring dengan menguatnya permintaan selama bulan Ramadan," tutur dia.
Josua memprediksi laju impor tahunan pada Maret 2024 mengalami kontraksi sekitar -6,60 persen yoy. Namun, secara bulanan, diperkirakan akan terjadi peningkatan sebesar 4,28 persen mtm.
Suasana di Pelabuhan Tanjung Priok yang dikelola PT Pelindo II, saat crane membongkar muat peti kemas dari kapal-kapal kargo. Foto: Wendiyanto Saputro/kumparan
Tren kenaikan ini terkait dengan peningkatan permintaan selama bulan Ramadan dan peningkatan impor bahan bakar menjelang libur panjang Idul Fitri. Selain itu, harga minyak global naik di bulan Maret, didorong oleh permintaan global yang relatif lebih kuat dibandingkan dengan yang diantisipasi sebelumnya.
ADVERTISEMENT
"Kami masih memperkirakan defisit transaksi berjalan yang terkendali pada tahun 2024, dengan pelebaran moderat dari -0,11 persen dari PDB pada tahun 2023 menjadi -0,70 persen dari PDB," kata Josua.
Ekspektasi berdasarkan beberapa faktor, termasuk normalisasi harga komoditas secara bertahap, permintaan domestik yang kuat seiring dengan prospek ekonomi Indonesia yang positif. Serta potensi dampak meningkatnya ketidakpastian global terhadap permintaan secara keseluruhan.