Neraca Perdagangan RI Diproyeksi Surplus USD 2,13 Miliar di Mei 2024

19 Juni 2024 7:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapal tunda memandu masuknya sebuah kapal di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (14/8). Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
zoom-in-whitePerbesar
Kapal tunda memandu masuknya sebuah kapal di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (14/8). Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memproyeksi trans surplus pada neraca dagang Indonesia akan berlanjut di bulan Mei 2024. Dengan proyeksi surplus sebesar USD 2,13 miliar. Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data neraca perdagangan Indonesia bulan Mei hari ini, Rabu (19/6).
ADVERTISEMENT
“Kami memperkirakan tren surplus perdagangan akan berlanjut di bulan Mei 2024, dengan perkiraan surplus sebesar USD 2,13 miliar, turun dari surplus bulan April sebesar USD 3,56 miliar,” kata Josua kepada kumparan, Rabu (19/6).
Dia menjelaskan, penurunan surplus disebabkan oleh kembalinya aktivitas perdagangan setelah perayaan Idul Fitri, dengan latar belakang ekonomi domestik yang relatif solid.
Josua memperkirakan, pertumbuhan ekspor tahunan sebesar 1,55 persen yoy untuk bulan Mei 2024. Secara bulanan, ekspor diperkirakan akan meningkat 12,38 persen mom seiring dengan normalisasi kegiatan ekonomi setelah liburan Idul Fitri.
Selain itu, harga CPO meningkat secara bulanan di bulan Mei 2024, didorong oleh kenaikan harga barang substitusi seperti minyak kedelai, di tengah penurunan pasokan minyak nabati secara global.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi neraca perdagangan. Foto: Shutterstock
Meski begitu, peningkatan kinerja ekspor bulanan dibatasi oleh data dari Tiongkok yang mengindikasikan kontraksi impornya dari Indonesia.
Sementara itu, Josua memproyeksi kinerja impor menurun secara tahunan. Terutama karena high base effect dari tahun sebelumnya.
“Kami memperkirakan laju impor sebesar -6,40 persen yoy pada bulan Mei 2024, sebagian besar disebabkan oleh tingginya base effect dari bulan Mei 2023 ketika impor melonjak,” ungkapnya.
Secara bulanan, kata dia, impor menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor, dengan ekspektasi akselerasi sebesar 24,05 persen mom. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh berakhirnya efek musiman Idul Fitri dan pertumbuhan bulanan dua digit yang dilaporkan pada ekspor Tiongkok ke Indonesia.
“Kami memproyeksikan defisit transaksi berjalan yang terkendali pada tahun 2024, dengan pelebaran moderat dari -0,14 persen dari PDB pada tahun 2023 menjadi -0,94 persen dari PDB, masih lebih rendah dibandingkan dengan periode 2012 - 2019, dengan rata-rata -2,50 persen dari PDB,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT