Neraca Perdagangan RI Surplus 4 Tahun Beruntun, Apa Dampaknya ke Ekonomi?

9 Juni 2024 16:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus 48 bulan secara berturut-turut atau selama 4 tahun. Dengan nilai surplus April 2024 mencapai USD 157,21 miliar atau lebih tinggi dari cadangan devisa April senilai USD 136,2 miliar.
ADVERTISEMENT
Global Markets Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, mengatakan moncernya neraca dagang itu berdampak secara langsung terhadap perekonomian Indonesia. Setidaknya ada tiga dampak yang dirasakan.
Pertama, produktivitas industri ekspor dalam negeri yang solid. Kedua, ketersediaan yang mencukupi untuk menyuplai dolar Amerika Serikat (AS).
"Surplus neraca dagang berdampak pada ketersediaan yang mencukupi untuk suplai USD terhadap kebutuhan dolar negeri," kata Myrdal kepada kumparan, Minggu (9/6).
Ketiga, terjaganya stabilitas moneter dalam negeri di tengah ketidakpastian pasar keuangan. "Stabilitas moneter dalam negeri terjaga jika suplai dolar negeri berlimpah oleh surplus neraca dagang," imbuhnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, neraca perdagangan Indonesia kembali tercatat surplus di April 2024 sebesar USD 3,56 miliar.
“Surplus ini lebih rendah 0,38 persen dibandingkan dengan surplus neraca perdagangan bulan lalu dan bulan yang sama pada 2023 atau tahunan (yoy) 1,02 persen,” ungkap Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers, Rabu (15/5).
ADVERTISEMENT
BPS juga mencatat, surplus di April 2024 neraca perdagangan barang Indonesia telah mencatatkan surplus beruntun sepanjang 48 bulan secara berturut-turut atau selama 4 tahun.
Sepanjang periode Mei 2020 hingga April 2024, total perdagangan barang surplus sebesar USD 157,21 miliar, yang disokong oleh kuatnya surplus nonmigas yang mencapai USD 224,15 miliar. Sementara sektor migas mengalami defisit sebesar USD 66,93 miliar.
Tercatat, nilai ekspor April 2024 mencapai USD 19,62 miliar, atau turun 12,97 persen secara bulanan. Namun secara tahunan (yoy) naik 1,72 persen.
Sementara nilai impor mencapai USD 16,05 miliar di kuartal I 2024, atau turun 10,6 persen secara bulanan dan naik 4,62 persen secara tahunan. Penyumbang utama penurunan nilai impor secara bulanan dan peningkatan nilai impor secara tahunan adalah impor bahan baku penolong.
ADVERTISEMENT