Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Nikel Anjlok 1,3 Persen karena Hilirisasi China di RI, Harga Timah Terbang
30 Januari 2025 8:43 WIB
ยท
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Harga komoditas pada penutupan perdagangan Rabu (29/1) terpantau melemah. Minyak mentah Brent turun sekitar 1,2 persen, serta nikel turun 1,3 persen.
ADVERTISEMENT
Kenaikan terjadi di komoditas CPO berjangka Malaysia sebelum libur Imlek 2025, sebesar 1,5 persen. Timah juga menguat sekitar 1,4 persen. Berikut rangkumannya dari berbagai sumber.
Minyak Mentah
Harga minyak mentah turun pada Rabu, karena stok minyak mentah domestik AS, produsen dan konsumen minyak bumi terbesar dunia, naik lebih dari yang diharapkan minggu lalu.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent ditutup turun 1,2 persen menjadi USD 76,58 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 1,6 persen menjadi USD 72,62, harga penutupan terendah sepanjang tahun ini.
Persediaan minyak mentah di AS naik sebesar 3,46 juta barel minggu lalu karena asupan penyulingan merosot untuk minggu ketiga berturut-turut, menurut data dari Badan Informasi Energi.
Pemerintah AS menegaskan kembali rencana Presiden Donald Trump untuk mengenakan tarif sebesar 25 persen pada impor dari Kanada dan Meksiko mulai 1 Februari. Perdagangan minyak dalam jangka pendek diperkirakan tetap tidak menentu karena investor mencerna ancaman tarif, sanksi pada energi Rusia, dan kekhawatiran pertumbuhan ekonomi di negara-negara konsumen utama.
ADVERTISEMENT
Batu Bara
Sedangkan harga batu bara juga menurun pada penutupan perdagangan Rabu. Harga batu bara berdasarkan tradingeconomics turun 0,22 persen dan menetap di USD 114.80 per ton.
Harga batu bara Newcastle mendekati level terendah hampir empat tahun di USD 114 per ton, di tengah melonjaknya tingkat pasokan ke konsumen utama dunia. Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batubara China mengumumkan produksi akan meningkat 1,5 persen menjadi 4,82 miliar ton pada tahun 2025 setelah mencatat rekor pada tahun 2024.
Selain itu, permintaan semakin tertekan oleh curah hujan yang melimpah di pusat-pusat manufaktur utama China, yang memungkinkan tenaga hidroelektrik lebih disukai daripada tenaga batu bara. Di Eropa, output tenaga surya yang kuat pada tahun 2024 mendorong sumber alternatif untuk menyalip daya dari pembangkit listrik tenaga batu bara untuk pertama kalinya.
ADVERTISEMENT
CPO
Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) menguat pada penutupan perdagangan Selasa (28/1). Berdasarkan situs tradingeconomics, harga CPO naik 1,59 persen menjadi MYR 4.282 per ton.
Harga minyak sawit berjangka Malaysia bangkit di tengah berita tentang produksi yang lebih rendah karena pasar terus menilai prospek permintaan. Asosiasi Minyak Sawit Malaysia melaporkan penurunan 14 persen dalam produksi domestik selama tiga minggu pertama bulan Januari dibandingkan dengan periode yang sama bulan sebelumnya.
Sementara itu, pasokan energi yang lebih ketat di Indonesia mendorong negara tersebut untuk mengambil tindakan luar biasa dan menjaga pasokan LNG di awal tahun, yang menaikkan harga untuk sumber daya listrik alternatif, termasuk minyak sawit sebagai bahan baku biofuel utama negara tersebut. Di sisi lain, harga minyak kedelai yang lebih rendah di India menekan harga permintaan minyak nabati lainnya.
ADVERTISEMENT
Nikel
Harga nikel terpantau mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Rabu. Harga nikel berdasarkan tradingeconomics turun 1,34 persen menjadi USD 15.405 per ton.
Harga nikel merosot kembali karena ancaman pembatasan produksi tidak cukup untuk memengaruhi kelebihan pasokan di tahun-tahun mendatang. Laporan menunjukkan produsen utama Indonesia sedang mempertimbangkan kebijakan untuk mengurangi kuota penambangan nikel menjadi 150 juta ton tahun ini dari 270 juta ton pada tahun 2024, cukup untuk mengurangi pasokan global sebesar 35 persen.
Namun, pasar memperkirakan nikel akan tetap kelebihan pasokan. Hal ini disebabkan lonjakan proyek peleburan China di Indonesia setelah yang terakhir melarang ekspor bijih nikel pada tahun 2020. Menambah tekanan, teknologi baru yang digunakan oleh produsen baterai China mulai tidak menggunakan nikel, semakin merusak prospek logam tersebut.
ADVERTISEMENT
Timah
Sementara itu, harga timah terpantau mengalami kenaikan pada penutupan perdagangan Rabu. Berdasarkan situs London Metal Exchange (LME), harga timah naik 1,49 persen menjadi USD 30.106 per ton.
Menurut catatan tradingeconomics, harga timah berjangka berada di atas USD 30.100 per ton, menantang tekanan baru-baru ini pada logam dasar utama lainnya karena kekhawatiran pasokan membebani permintaan yang tidak pasti. Aktivitas yang lebih rendah yang diharapkan di tambang timah utama di Negara Bagian Wa Myanmar membuat ketersediaan bijih untuk peleburan China pada level rendah dalam beberapa periode terakhir.
Produksi juga lebih rendah di Indonesia karena pembatasan kuota penambangan. Namun, prospek manufaktur dari konsumen utama China beragam. Agregat kredit terbaru menunjukkan bahwa ekonomi meningkatkan investasi menyusul serangkaian langkah stimulus moneter dari PBoC. Namun, PMI manufaktur terbaru secara tak terduga menunjukkan kontraksi dalam aktivitas.
ADVERTISEMENT