Nissan PHK 12.500 Karyawan di Seluruh Dunia, Termasuk Indonesia

29 Juli 2019 13:02 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
All New Nissan Serena. Foto: Ghulam Muhammad Nayazri / kumparanOTO
zoom-in-whitePerbesar
All New Nissan Serena. Foto: Ghulam Muhammad Nayazri / kumparanOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nissan Motor berencana melakukan Pemutusan Hubungan kerja (PHK) terhadap 12.500 karyawan di seluruh dunia. Angka ini setara 9 persen dari total tenaga kerja Nissan. Mayoritas karyawan yang terkena program PHK berasal dari lini produksi. Karyawan yang di-PHK termasuk di antaranya berasal dari lini produksi di Indonesia dan India.
ADVERTISEMENT
Keputusan perusahaan otomotif asal Jepang ini ditempuh setelah anjloknya laba operasi pada kuartal II 2019 dan turunnya penjualan di Amerika Serikat (AS). Laba operasi anjlok 98,5 persen, sementara penjualan di AS melemah 3,7 persen pada kuartal II 2019.
Nissan siapkan posko mudik dan bengkel siaga pada mudik Lebaran 2019. Foto: Ghulam Muhammad Nayazri / kumparanOTO
Ditulis The Wall Street Journal (WSJ), Senin (29/7), perusahaan tengah berusaha mencari jalan keluar atas menurunnya kinerja keuangan. Di saat bersamaan, Nissan juga mengalami tekanan bertubi-tubi yang terjadi selama 8 bulan terakhir, di antaranya terkait skandal penahanan mantan Chairman mereka, Carlos Goshn dan memanasnya hubungan dengan mitra strategisnya, Renault.
CEO Nissan Motor Hiroto Saikawa menyebut, proses PHK akan tuntas hingga Maret 2023. Saikawa meyakini pengurangan jumlah karyawan bisa mengurangi biaya operasi hingga USD 2,8 miliar.
ADVERTISEMENT
Di AS, Nissan akan memberhentikan 1.400 pegawai. PHK juga akan terjadi di Inggris dan Spanyol. Sementara di India dan Indonesia, sebanyak 2.500 pekerja akan terkena dampak. PHK di kawasan India dan Indonesia diambil karena kegagalan program mobil murah Datsun yang diluncurkan pada 2012.
"Kita akan menghentikan aliran uang kepada sesuatu yang tidak menguntungkan atau kita pandang tidak memiliki peningkatan keuntungan," kata Saikawa dikutip WSJ.