Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

ADVERTISEMENT
Salah satu kerajinan asal Papua yang juga telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia adalah noken. Tas tradisional masyarakat Papua ini biasanya terbuat dari serat kulit kayu. Masyarakat Papua biasanya memakai tas ini di kepala. Sama dengan tas pada umumnya tas ini digunakan untuk membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Di pameran Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2019 yang digelar Bank Indonesia (BI), noken juga menjadi salah satu kerajinan yang diburu. Booth Papua terlihat ramai dengan para pengunjung yang penasaran dengan tas unik ini.
Perwakilan Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Provinsi Papua, Moses Yomungga, mengatakan produk-produk di pameran tersebut merupakan kreasi Komunitas Merry Dogopia. Salah satu yang paling unik adalah noken dari akar anggrek hutan. Tas berukuran kira-kira 30cm x 30cm tersebut dijual seharga Rp 2 juta.
“Paling mahal noken anggrek ini Rp 2 juta. Ada yang Rp 5 juta tapi sudah laku. Pembuatannya 6 bulan,” ungkap Moses di JCC Senayan Jakarta, Sabtu (13/7).
Menurut Moses, noken tersebut tergolong mahal karena anggrek hutan merupakan tanaman yang sulit dicari. Selain itu, prosesnya pun cukup rumit. Akar anggrek tersebut harus dipintal terlebih dahulu. Setelah itu, baru dirajut menjadi sebuah tas. Tekstur akar anggrek ini sekilas mirip plastik yang dipilin. Warnanya pun kuning terang.
ADVERTISEMENT
Menurut Moses, di Papua, noken anggrek juga tidak dimiliki oleh sembarang orang. Noken anggrek biasanya dipakai oleh orang dengan kelas sosial menengah ke atas.
“Biasanya yang begini di Papua kelas menengah ke atas. Kalau di kampung orang jalan pakai ini, oh itu kelas atas. Misal kepala suku atau pendeta,” ujarnya.
Menurut Moses, perajin noken adalah mama-mama Papua yang mayoritas berasal dari pegunungan. Di komunitas Merry Dogopia, terdapat setidaknya 60 pengrajin. Selain noken mereka juga menghasilkan tas kulit kayu, baju dari kulit kayu, aksesoris, pajangan dinding dan lain sebagainya. Moses mengatakan semenjak dibina oleh BI, kini penjualan komunitas Merry Dogopia mencapai Rp 20 juta per hari.
Sedangkan untuk modal menurutnya relatif kecil. Sebab bahan baku banyak tersedia di hutan Papua. Artinya modal awal untuk usaha tersebut adalah skill untuk merajut kulit kayu atau akar anggrek menjadi noken.
Untuk pemasarannya, Moses mengatakan produk Merry Dogopia sudah banyak dikenal, bahkan ke negara tetangga. Selain itu mereka juga mengandalkan toko offline dan online.
ADVERTISEMENT
“Orang Papua Nugini banyak yang suka. Sudah di jual keluar (Papua) juga. Di Papua kami punya toko dekat Kantor Gubernur. Banyak turis atau misionaris yang beli,” ujarnya.