Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Obligasi Disebut Jadi Investasi Andalan Masyarakat dalam 10 Tahun Terakhir
18 Maret 2025 20:24 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto, mengatakan selama 10 tahun terakhir investasi obligasi masih menjadi andalan masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Katanya, rata-rata return obligasi bisa lebih tinggi dibandingkan saham dan lebih tinggi dibanding money market lainnya.
"Memang tidak setiap tahun outperform, tapi secara rata-rata kita bisa tunjukkan di sini returnnya lebih bagus. Dan so far di tahun ini juga proven pasar obligasi masih mendapatkan return plus 2 persenan," ucap Handy dalam acara Buka Puasa Bersama Wartawan, Jakarta, Selasa (18/3).
Menurut Handy, mengapa obligasi masih tergolong investasi yang resilien, karena saat ini terjadi perubahan narasi yang signifikan di global seperti masyarakat berasumsi dolar bakal menguat hingga US Treasury yield naik jika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menang.
"Ya ini nanti dolarnya akan menguat, US Treasury yieldnya naik karena FEDnya gak bisa nurunin bunga karena inflasinya tinggi," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Faktanya, kata Handy, sampai dengan bulan Maret 2025 yang terjadi adalah US Treasury yield terpantau turun, dolar pun ikut menurun. "Ternyata Trump policy untuk melakukan tarif ini akan membuat ekonomi Amerika juga akan terkena dampak," ujar Handy.
Di samping itu, Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) baru saja mengeluarkan update terbaru yang merevisi pertumbuhan ekonomi dunia dari 3,3 persen di 2025 turun menjadi 3,1 persen di tahun ini.
Meski pertumbuhan ekonomi dunia direvisi, hal ini makin mendongkrak posisi investasi obligasi. Di mana, jika pertumbuhan ekonomi melambat maka suku bunga turun, dan di obligasi setiap suku bunga turun, harga obligasinya akan naik.
"Nah ini salah satu faktor kenapa terjadi resiliensi di pasar obligasi kita. Kita bandingkan suku bunga bank sentral dan inflasi, di sekarang itu banyak sekali bank sentral yang suku bunganya sudah lebih tinggi daripada inflasinya, termasuk Indonesia," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, jika dibandingkan dengan tahun lalu, yang menarik kata Handy, asing ini masuk di pasar obligasi.
"Jadi kalau di instrumen lain mungkin asing keluar, ternyata obligasi ini asing masuk. Catatan kami sampai dengan tinggal 13 Maret [2025], asing mencatatkan net buy Rp 18 triliun, ini tahun lalu itu di periode yang sama, asing keluar Rp 22 triliun," ucap Handy.