OJK Catat Laki-Laki Makin Melek Finansial, Perempuan Tertinggal

2 Mei 2025 17:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi dan Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, Ateng Hartono di Kantor Pusat BPS, Jumat (2/5/2025). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi dan Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, Ateng Hartono di Kantor Pusat BPS, Jumat (2/5/2025). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
Tingkat literasi keuangan di Indonesia mengalami peningkatan secara umum, namun survei terbaru menunjukkan adanya kesenjangan mencolok antara laki-laki dan perempuan. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang dirilis dalam hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 menunjukkan bahwa literasi keuangan laki-laki meningkat signifikan, sementara perempuan justru mengalami penurunan.
ADVERTISEMENT
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, menjelaskan indeks literasi keuangan untuk laki-laki berdasarkan metode berkelanjutan tercatat sebesar 67,32 persen, sementara perempuan hanya 65,58 persen. Kesenjangan itu makin nyata ketika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Pada metode berkelanjutan kita bisa simpulkan bahwa indeks literasi keuangan laki-laki itu meningkatnya 3,18 persen tapi perempuan justru turun 1,17 persen,” ujar perempuan yang akrab disapa Kiki dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jumat (2/5).
Peningkatan literasi laki-laki menjadi catatan penting, mengingat tren sebelumnya menunjukkan pertumbuhan yang relatif seimbang antara dua gender. Fakta bahwa perempuan mengalami penurunan di tengah berbagai program inklusi keuangan yang menargetkan segmen ini memunculkan pertanyaan besar soal efektivitas strategi edukasi saat ini terhadap perempuan, terutama di kelompok usia dan pendidikan tertentu.
ADVERTISEMENT
Survei yang merupakan kerja sama OJK dan Badan Pusat Statistik (BPS) ini juga mencatat bahwa meskipun terjadi penurunan literasi, tingkat inklusi keuangan perempuan masih bersaing dengan laki-laki. Dalam metode berkelanjutan, indeks inklusi keuangan laki-laki tercatat 80,73 persen dan perempuan 80,28 persen. Keduanya sama-sama mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu.
“Sedangkan indeks inklusi keuangan laki-laki dan perempuan meningkat masing-masing sebesar 6,76 persen dan 4,2 persen,” kata Kiki.
Secara keseluruhan, kesenjangan literasi berdasarkan gender ini menjadi catatan penting bagi pembuat kebijakan. OJK selama ini telah menyasar kelompok perempuan sebagai segmen penting dalam program literasi, mengingat peran strategis perempuan dalam pengelolaan keuangan rumah tangga maupun usaha mikro.
Namun, hasil survei menunjukkan bahwa pendekatan yang digunakan mungkin belum menjangkau segmen perempuan secara optimal. Terutama di wilayah perdesaan, kelompok usia non-produktif, serta tingkat pendidikan rendah, yang cenderung mengalami literasi keuangan di bawah rata-rata nasional.
ADVERTISEMENT
Dalam pemaparannya, Kiki juga menyoroti bahwa literasi keuangan secara umum lebih tinggi di wilayah perkotaan dibandingkan perdesaan. Untuk metode berkelanjutan, indeks literasi di perkotaan mencapai 70,89 persen, sementara perdesaan hanya 59,60 persen. Kesenjangan ini menjadi salah satu acuan dalam perancangan program edukasi yang lebih tepat sasaran.
Tak hanya gender dan wilayah, literasi keuangan juga sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. “Masyarakat yang tidak sekolah atau belum tamat SD memiliki indeks literasi keuangan sebesar 43,20 persen. Sedangkan yang tamat perguruan tinggi mencapai 90,63 persen,” jelas Kiki.
Selain itu, jenis pekerjaan juga menjadi faktor penentu. Kelompok pegawai profesional, pengusaha, dan pensiunan mencatat indeks literasi dan inklusi tertinggi. Sementara itu, petani, peternak, nelayan, dan masyarakat yang belum bekerja berada di kelompok terendah.
ADVERTISEMENT
Ketimpangan ini memberikan gambaran bahwa akses terhadap informasi dan edukasi keuangan belum merata. Meski inklusi keuangan secara nasional meningkat di hampir semua segmen, tantangan dalam meningkatkan literasi, khususnya pada kelompok perempuan, masyarakat perdesaan, dan pekerja informal, masih sangat besar.
OJK bersama Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI) terus melakukan berbagai upaya untuk memperluas cakupan program edukasi.