OJK: Fintech Tingkatkan Inklusi Keuangan hingga 20 Persen di RI

27 November 2023 12:56 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto sekaligus Anggota Dewan Komisioner OJK, Hasan Fawzi. Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto sekaligus Anggota Dewan Komisioner OJK, Hasan Fawzi. Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
ADVERTISEMENT
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut industri keuangan digital atau fintech mampu mendorong inklusi keuangan di Indonesia. Berdasarkan laporan dari East Ventures – Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2023, menunjukkan peningkatan transaksi digital di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Fintech dinilai mampu meningkatkan literasi keuangan sebesar 17 persen dan inklusi keuangan 20 persen di Indonesia. Adapun hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 menunjukkan, indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia sebesar 49,68 persen dan indeks inklusi keuangan mencapai 85,10 persen.
Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto OJK Hasan Fawzi mengatakan, pada penyampaian laporan kegiatan di Indonesia Fintech Summit & Expo (IFSE) disebutkan bahwa misi Indonesia adalah mendorong solusi fintech semakin inklusi dan dekat dengan masyarakat. Kegiatan ini merupakan upaya bersama OJK, AFTECH, AFSI dan AFPI dalam memfasilitasi forum pertemuan pimpinan lembaga keuangan, asosiasi pegiat fintech, dan seluruh ekosistem fintech di Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Sepanjang Bulan Fintech Nasional (BFN) 2023, AFTECH telah menyelenggarakan lebih dari 210 program, 120 lowongan pekerjaan, dan 77 kegiatan edukasi dan literasi yang berfokus pada fintech dan ekosistem keuangan digital. Program ini diharapkan mendorong adopsi fintech dan meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan, manfaat, serta risiko penggunaan fintech,” jelas Hasan, seperti dikutip Senin (27/11).
General Counsel Pintu, Malikulkusno Utomo, mengapresiasi suksesnya penyelenggaraan Indonesia Fintech Summit & Expo (IFSE) kelima, “AFTECH memiliki peranan yang sangat penting bagi kemajuan industri keuangan digital di Indonesia. Literasi dan inklusi keuangan yang menjadi fokus AFTECH melalui berbagai rangkaian program yang dihadirkan menjadi bukti nyata keseriusannya untuk mendorong peningkatan edukasi serta adopsi fintech, agar manfaatnya bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia di tengah minat pada penggunaan layanan fintech yang semakin meningkat,” kata pria yang akrab disapa Dimas.
Ilustrasi Fintech. Foto: Shutter Stock
Dia menjelaskan, aset kripto menjadi salah satu instrumen yang turut membantu meningkatkan kesadaran dan adopsi transaksi keuangan digital di Indonesia. Ekosistem pada sektor fintech di Indonesia tercipta dengan sangat baik karena peran regulator yang sangat adaptif dan melahirkan regulasi yang dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan pengguna dan transaksi keuangan digital di Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Ekosistem yang kondusif ini menjadi faktor pendorong bagi pelaku industri untuk menciptakan sebuah kreativitas yang dapat memudahkan masyarakat Indonesia mendapatkan akses pada layanan keuangan digital seperti investasi aset crypto. Ke depan, kami akan terus mendukung kegiatan yang dilakukan oleh AFTECH sebagai bentuk komitmen bersama untuk memajukan sektor keuangan digital di Indonesia,” kata Dimas.
“Pasar yang begitu besar di Tanah Air, di mana banyak terdapat populasi yang belum terlayani oleh sektor jasa keuangan telah dilihat sebagai sebuah peluang oleh industri fintech untuk terus mengembangkan dan memicu inovasi digital di bidang keuangan dalam rangka menumbuhkan ekonomi digital di Indonesia,” ujar Deputi Komisioner Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto, OJK Moch. Ihsanuddin.
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan industri fintech Indonesia masih memiliki potensi yang tinggi dalam meningkatkan inklusi keuangan. Laporan World Bank menyebutkan bahwa hingga saat ini terdapat 97,74 juta penduduk dewasa di Indonesia yang masih termasuk kategori belum memiliki akses ke layanan keuangan perbankan.
Di sisi lain, Ketua Umum Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) Pandu Sjahrir mengatakan, “Di tengah lingkungan bisnis yang diwarnai oleh resesi global, industri fintech berperan penting dalam merespons tantangan-tantangan yang ada. Dalam konteks ini, kita melihat bagaimana fintech menjadi solusi kunci untuk perusahaan dalam menjaga efisiensi dan efektivitas di tengah tekanan ekonomi,” kata dia.
Dalam ringkasan Laporan AFTECH AMS 2022/2023 diketahui bahwa sampai dengan kuartal III tahun 2022, industri fintech di Indonesia mendominasi hingga sekitar 33 persen dari total pendanaan perusahaan fintech di Asia Tenggara, kedua terbesar kedua setelah Singapura yang mendapatkan 43 persen total pendanaan.
ADVERTISEMENT
Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengamati masyarakat memakai fintech tergantung jenisnya. Pada umumnya fintech dipakai untuk pembayaran non cash/digital, layanan P2P lending/pinjaman, sampai layanan crowdfunding.
“Ada fintech dengan layanan KPR digital. Bank juga mulai kerja sama dengan fintech untuk KPR,” tutur Eko kepada kumparan, Rabu (15/11).
Untuk meningkatkan pembiayaan produktif, Eko menilai tingkat bunga produktif harus lebih kompetitif dengan plafon yang lebih menarik serta perlunya insentif bagi industri yang mengarahkan pembiayaannya ke produktif.