OJK: Kinerja Sektor Jasa Keuangan Stabil hingga April 2024

13 Mei 2024 14:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dalam Seminar Nasional Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca dan Peluang Perdagangan Karbon di Indonesia virtual, Senin (18/9/2023). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dalam Seminar Nasional Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca dan Peluang Perdagangan Karbon di Indonesia virtual, Senin (18/9/2023). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat stabilitas sektor jasa keuangan hingga 30 April 2024, tetap terjaga dan kinerja intermediasi Lembaga Jasa Keuangan (LJK) tetap tumbuh kuat. Hal ini turut berkontribusi dalam mempertahankan kinerja perekonomian nasional di tengah masih tingginya ketidakpastian global.
ADVERTISEMENT
"Sektor jasa keuangan nasional terjaga stabil dengan kinerja intermediasi yang kontributif didukung oleh likuiditas yang memadai dan tingkat permodalan yang kuat di tengah peningkatan ketidakpastian akibat ketegangan geopolitik," kata Ketua OJK Mahendra Siregar dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK, Senin (13/5).
Mahendra menjelaskan, ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh melambat 1,6 persen di kuartal I 2024. Angka itu lebih rendah dari pertumbuhan di kuartal IV 2024 sebesar 3,4 persen.
"Ini merupakan penurunan terendah dalam dua tahun terakhir ini. Hal ini disebabkan oleh peningkatan impor yang signifikan," ungkap Mahendra.
Meski begitu, Mahendra menilai kinerja ekonomi Amerika Serikat masih menunjukkan tanda-tanda penguatan yang lebih besar daripada ekspektasi semula. Hal ini mendorong ekspektasi suku bunga tinggi dalam waktu lama atau higher for longer di AS menurun. Artinya, ekspektasi pasar tentang terjadinya pemotongan suku bunga The Fed dalam waktu dekat berkurang.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan The Fed, Mahendra mengatakan Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank Sentral Inggris (BOE) dihadapkan dengan dilema antara pertumbuhan ekonomi yang rendah dan inflasi yang masih tinggi. Namun, pasar berekspektasi baik ECB maupun BOE akan memilih menurunkan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sementara itu, di rilis kinerja ekonomi China berada di atas ekspektasi pasar. Meskipun masih terjadi pelemahan permintaan domestik.
"Sehingga pemerintah cenderung menerapkan kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif," jelas Mahendra.
Mahendra melanjutkan, di perekonomian domestik, inflasi mengalami peningkatan yang mengindikasikan pemulihan permintaan dalam periode pemilu dan bulan Ramadan. Kinerja manufaktur juga mengalami peningkatan kinerja didorong oleh naiknya volume pesanan.
"Penguatan tersebut refleksi dari peningkatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2024 menjadi 5,11 persen dari tahun ke tahun dibandingkan pertumbuhan pada kuartal IV-2023 sebesar 5,04 persen," tutur Mahendra.
ADVERTISEMENT