OJK Sebut 5.000 Kantor Bank Tutup Imbas Digitalisasi

1 Mei 2021 19:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Mobile Banking Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Mobile Banking Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat terjadi penurunan jumlah kantor fisik perbankan yang beroperasi di Indonesia. Direktur Eksekutif Kepala Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK Anung Herlianto mengatakan, ada sekitar 5.000 kantor fisik yang sudah tutup dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Kebanyakan kantor fisik yang hilang ini berasal dari kantor bank umum.
ADVERTISEMENT
“Jumlah kantor ini berkurang, tanpa kita merasa kehilangan, apalagi teman-teman milenial. Jadi tidak peduli lagi kantor hilang, ada 5.000 ribu kantor, ini (imbas) digitalisasi,” ujar Anung di Bogor, Sabtu (1/5).
Adapun hingga saat ini dari 95 bank umum yang beroperasi di Indonesia, total kantor fisik perbankan tercatat sebanyak 27.927. Seluruh bank tersebut memiliki total aset bank umum mencapai Rp 8.883,28 triliun
Sementara untuk bank syariah, Anung menyebut ada 12 bank umum syariah, dengan 20 unit usaha syariah (UUS). Jumlah kantor perbankan syariah saat ini tercatat sekitar 2.022 dengan total aset Rp 393,17 triliun.
Selain itu ada juga BPR yang jumlahnya mencapai 1.503 dengan jumlah kantor fisik mencapai 5.885 kantor dan total asetnya mencapai Rp 154,97 triliun.
com-Ilustrasi Indonesia Mall dari Bank BRI. Foto: Dok. BRI
Anung mengatakan hilangnya atau berkurangnya jumlah kantor fisik merupakan tanda dari evolusi perbankan. Menurut Anung sejatinya proses evolusi ini sudah berlangsung sejak lama. Yaitu sejak bank mulai memperkenalkan internet banking dan SMS banking.
ADVERTISEMENT
Proses digitalisasi kemudian terus terjadi dan bahkan dipercepat pada masa pandemi COVID-19. Gayung bersambut, momentum tersebut juga semakin diperkuat dengan penetrasi internet yang kini sudah mencapai 70 persen dari total penduduk Indonesia. Hal inilah yang membuat kehadiran kantor fisik semakin tergeser dengan kemudahan digitalisasi.
“Karena digitalisasi menemukan momentum saat pandemi. SMS banking, internet banking dulu bank yang nawar-nawarin. Sekarang ini semua orang menuntut layanan digitalisasi. Ditambah 70 persen penduduk Indonesia merupakan internet user,” tandasnya.