OJK Yakin Target Kredit dan DPK 2025 Tercapai Meski Ada Perang Tarif AS-China

24 April 2025 17:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar di Gedung DPR RI, Selasa (25/2/2025). Foto: Ghifari/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar di Gedung DPR RI, Selasa (25/2/2025). Foto: Ghifari/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, menegaskan target pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dan kredit untuk tahun 2025 tetap sesuai rencana. Meskipun situasi global sedang diliputi ketidakpastian akibat perang dagang dan dinamika geopolitik.
ADVERTISEMENT
Menurut Mahendra, pertumbuhan DPK tahun ini diproyeksikan tetap berada di atas 5 persen dan mendekati 6 persen. Ia yakin target tersebut bisa tercapai.
"Kami sebenarnya tetap confidence ya, secara keseluruhan nanti pertumbuhan dana pihak ketiga itu bisa di atas 5 persen, mendekati 6 persen," kata Mahendra kepada wartawan di Menara Radius Prawiro, Kamis (24/4).
Untuk sektor kredit, OJK mematok target pertumbuhan sebesar 9 hingga 11 persen. Realisasi per Maret 2025 menunjukkan pertumbuhan tahunan di kisaran 9,2 hingga 9,3 persen.
"Kami juga masih memiliki tingkat keyakinan yang sama di target yang kami tetapkan antara 9 sampai 11 persen," kata Mahendra.
Meski begitu, ia tak menutup mata terhadap risiko eksternal. Mahendra menyebut potensi dampak dari kebijakan tarif baru Amerika Serikat terhadap sektor-sektor industri domestik seperti tekstil, garmen, alas kaki, elektronik, dan elektrikal.
ADVERTISEMENT
OJK melihat pentingnya peran pemerintah dalam menjaga ketahanan industri dengan memperbaiki iklim usaha, menurunkan biaya ekonomi tinggi, serta melindungi pasar dalam negeri dari persaingan tidak sehat. Hal ini diyakini bisa menjaga daya tahan sektor-sektor terdampak sekaligus memperkuat pasar domestik dan ekspor.
Di pasar modal, Mahendra mencatat investor asing melakukan penjualan bersih, namun disertai peningkatan partisipasi investor domestik, khususnya investor ritel.
"Dalam kondisi saat ini, kami memang mencatat secara keseluruhan pihak investor asing melakukan net sell. Tapi di lain pihak, apa yang kami lihat di dalam negeri, investor nasional itu memberi tingkat kepercayaan tinggi. Terutama lagi dari para investor retail,” ungkapnya.
Mahendra menyampaikan, lembaga-lembaga keuangan dalam negeri juga mulai aktif berinvestasi di pasar modal melalui koordinasi dengan lembaga pengelola investasi pemerintah. Terkait minat investor terhadap aset safe haven seperti emas, Mahendra menilai para pelaku pasar sudah cukup memahami risiko global dan melihat peluang dari sisi pasar modal.
ADVERTISEMENT