Ombudsman Catat Kerugian Turunnya Produktivitas Lahan Sawit Rp 111,6 T per Tahun

18 November 2024 11:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anggota Ombudsman, Yeka Hendra Fatika menjelaskan temuan hasil analisis terkait pencegahan malaadministrasi layanan tata kelola kelapa sawit, di Jakarta, Senin (18/11/2024). Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Anggota Ombudsman, Yeka Hendra Fatika menjelaskan temuan hasil analisis terkait pencegahan malaadministrasi layanan tata kelola kelapa sawit, di Jakarta, Senin (18/11/2024). Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparan
ADVERTISEMENT
Ombudsman RI mencatat kerugian akibat turunnya produktivitas lahan perkebunan sawit sebesar Rp 111,6 triliun per tahun.
ADVERTISEMENT
Menurut anggota Ombudsman RI, Yeka Hendra Fatika, saat ini perkebunan sawit rakyat (PSR) sudah mulai turun produktivitasnya. Kebun sawit rakyat menghasilkan produksi tandan buah segar (TBS) 12,36 ton per hektar.
Sedangkan kebun perusahaan menghasilkan produksi TBS 19,7 ton per hektar, dan dengan teknologi pertanian yang tepat maka dapat mencapai 25 ton-30 ton per hektar.
Yeka bilang, tak optimalnya produktivitas lahan disebabkan karena rendahnya capaian PSR. Kondisi ini dapat mengakibatkan potensi kerugian.
Pada setiap selisih produksi 6,2 ton per hektar kebun sawit rakyat (6 juta ha) pada harga TBS Rp 3.000 per kg, maka potensi kerugian perkebunan kelapa sawit rakyat sejumlah Rp 111,6 triliun per tahun.
“Tiap selisih produksi 6,2 ton per hektar kebun sawit rakyat pada harga TBS Rp 3.000 per kg, nah potensi kerugian perkebunan kelapa sawit rakyat sejumlah Rp 111,6 triliun per tahun,” ungkap Yeka di Jakarta, Senin (18/11).
ADVERTISEMENT
Produktivitas lahan perkebunan kelapa sawit juga bisa disebabkan oleh praktik perkebunan yang tidak memenuhi standar Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Saat ini sertifikasi ISPO baru mencapai 35 persen.
Sertifikasi ISPO salah satunya mengatur mengenai standar kualitas bibit. Kata Yeka, pembibitan yang baik sesuai regulasi ketika kebun berisi tanaman dengan varietas non tenera sejumlah kurang dari 2,5 persen.
“Saat ini varietas non tenera yang tertanam di kebun masih tinggi, yaitu di atas 70 persen. Dengan pembibitan yang baik produktivitas dapat naik 30 persen, saat ini rata-rata produktivitas 12,8 ton per hektar dapat naik menjadi 16,6 ton per hektar,” katanya.
Ombudsman menilai, potensi kerugian dari aspek kualitas bibit pada setiap selisih produksi 3,8 ton TBS per hektar untuk luasan perkebunan perusahaan sawit di Indonesia yang belum berstandar ISPO, ialah Rp 74,1 triliun per tahun.
ADVERTISEMENT