Pabrik Pengolahan Diduga Pilih Impor, Peternak Sapi Buang 500 Ribu Liter Susu

7 November 2024 20:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peternak sapi perah di Pasuruan, Jawa Timur, buang susu hasil panen. Foto: istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Peternak sapi perah di Pasuruan, Jawa Timur, buang susu hasil panen. Foto: istimewa
ADVERTISEMENT
Pengepul susu perah sapi asal Pasuruan, Jawa Timur, membuang hasil panennya hingga ratusan ribu liter. Hal ini karena ada pembatasan kuota dari pabrik pengolah susu.
ADVERTISEMENT
Peternak sekaligus pengepul susu sapi asal Pasuruan, Bayu Aji Handayanto, mengatakan pembuangan hasil panen susu sapi ini telah dilakukan sejak akhir September 2024 hingga sekarang.
"Totalnya sudah ada 500 ribu liter yang terbuang (mulai akhir September 2024 hingga sekarang)," ujar Bayu kepada kumparan, Kamis (7/11).
Bayu menceritakan, mulanya pada bulan September 2024, pabrik pengolahan susu meminta untuk mengurangi kuota dengan alasan perbaikan mesin dalam sepekan.
"Kebetulan saya pasok 3 pabrik susu di Jakarta. Semuanya itu memberikan info kepada saya bahwa akan terjadi maintenance mesin, sehingga pasokan bahan baku yang dikirimkan mereka minta dikurangi. Okelah kita ikuti permintaan kita kurangi bahan bakunya," ucapnya.
Peternak memerah susu di Desa Kresek, Madiun, Jawa Timur. Foto: ANTARA FOTO/Siswowidodo
Namun, pembatasan kuota itu berlanjut di minggu selanjutnya dengan alasan daya beli masyarakat turun.
ADVERTISEMENT
"Akhirnya hingga waktu satu minggu lha kok berlanjut sampai hari ini alasannya daya beli masyarakat turun sehingga mereka produksi susunya turun, tapi janggal," ungkapnya.
Kejanggalan Bayu pun muncul. Hal ini, kata dia, susu dalam negeri selama ini hanya mampu 20 persen untuk memenuhi kebutuhan susu masyarakat.
Setelah ditelisik, ternyata pabrik-pabrik pengolahan susu beralih ke susu impor.
"Janggalnya apa? Secara statistik, bahan baku susu di Indonesia kan cuma bisa memenuhi 20 persen total dari kebutuhan nasional. 80 persen kita impor. Sedangkan mereka bilang kuota ke kita untuk produksi susu. Lah bahan bakunya dari mana produksi susu itu? Ternyata impor," jelasnya.
"Impornya ini kan 80 persen. Karena impor itulah bahan baku dari masyarakat dalam negeri ini di nomor duakan, tidak diutamakan. Seharusnya kan dari dalam negeri dulu lah, cuma 20 persen kok kita," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Padahal, kata Bayu, bulan-bulan sebelumnya dirinya dibebaskan untuk mengirimkan sebanyak mungkin susu sapi.
"Tapi ketika mungkin situasi harga susu impor dengan susu lokal ini lebih tingkat susu impor sedikit. Jadinya mereka memutuskan ambil impor, mungkin seperti itu dari data yang saya baca. Jadi hasil panen dari masyarakat di nomor duakan," bebernya.
Dengan adanya pembatasan kuota itu, hasil panen susunya menumpuk dan dibuang karena basi.
Bayu yang setiap harinya bisa menyetok rata-rata 100 ton per hari susu sapi ke tiga pabrik, kini hanya bisa mengirim 70 ribu liter per hari.
Bayu mengungkapkan bahwa kejadian ini tidak hanya dirinya yang mengalami, melainkan pengepul susu di daerah lainnya.
"Harusnya dijual hari Senin jadi dijual hari Selasa. Yang hari Selasa dijual hari Rabu. Akhirnya barang numpuk basi kan dan jumlahnya lebih dari setengah ton yang dibuang. Kalau ngomongkan kerugian ya sudah lebih dari 3 miliar. Itu baru beberapa teman yang ngaku ke saya. Pengepul susu se-Indonesia ini kondisinya sama," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
"Rata-rata 100 ton per hari. (Sekarang) 70 ribu liter," tambahnya.
Bayu pun merasa rugi hingga miliaran. Ia mengatakan bahwa kerugian ini juga pernah dialami pada tahun sebelumnya.
"Sebetulnya tahun kemarin ya seperti ini. Saya sendiri tahun kemarin rugi 10 miliar. Tahun ini saya perbaiki manajemen saya. Saya sih nggak mengalami kerugian banyak maksudnya tetap rugi tapi dibanding tahun kemarin. Dari 10 miliar rugi 1 miliar saya katakan wajar lah. Tapi ya masak mau seperti ini terus," ujarnya.
Ia berusaha mencoba mengolah susu yang tak terpakai itu, namun tidak semua susunya bisa terolah.
"Diolah tapi kan terbatas. Memang sebenarnya kan ratusan ribu liter dibagi-bagikan ke masyarakat. Jadi itu hasil panen susu bahan baku susu yang dijadikan produk susu UHT," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Bayu juga telah menyampaikan keresahannya ini kepada pihak Kementerian Pertanian.
"Saya sudah menyampaikan protes dan keberatan ke dirjen kementerian pertanian. Sudah saya sampaikan, mereka jawabnya sudah akan ditindaklanjuti," ungkapnya.