Pandemi Ubah Cara Bisnis 10 Bidang Usaha: Alat Pembayaran sampai Kuliner

15 September 2021 17:44 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Rhenald Kasali. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Rhenald Kasali. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pandemi COVID-19 memaksa hampir seluruh sektor usaha melakukan penyesuaian. Sebab selama pandemi pemerintah melakukan pembatasan aktivitas demi mencegah penularan virus.
ADVERTISEMENT
Profesor Ilmu Manajemen FEB UI, Rhenald Kasali mengatakan, mereka yang semula menyangkal digitalisasi akhirnya ikut beradaptasi karena kondisi pandemi. Termasuk para regulator dan pemangku kepentingan yang semula mempersulit kedatangan inovasi-inovasi yang disrupsi, kini lebih terbuka.
Kondisi ini akhirnya membawa perubahan pada model bisnis setidaknya pada 10 bidang usaha.
"Ada 10 bidang usaha yang telah berubah secara permanen. Sepuluh bidang tersebut adalah kuliner, pendidikan, hiburan, donasi sosial, alat pembayaran, logistik, fashion, periklanan, media, dan sektor perumahan. Kini semua pengusaha secara voluntary melakukan shifting ke layanan digital," ujar Rhenald pada Konferensi Pers Wealth Wisdom 2021 Bank Permata, Rabu (15/9).
Dia memberi contoh, misalnya yang dilakukan Menteri Sosial Tri Rismaharini dengan menggandeng lembaga sosial 4.0 Crowd Funding Kitabisa.com untuk memobilisasi donasi publik pada korban-korban bencana. Metode baru ini, kata dia, menembus batas-batas birokrasi yang membuat masyarakat khususnya netizen muda, frustrasi.
ADVERTISEMENT
"Namun di lain sisi, OJK terkesan masih sangat 'denial' terhadap inovasi-inovasi karitatif ini dengan membatalkan inovatif-inovatif kreatif disruptif. Social crowd funding yang dilakukan Kitabisa.com menghilangkan persoalan-persoalan sosial," kata dia.
Pembeli membayar dengan metode scan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di warung KE Angkringan, Ampera, Jakarta, Jumat (30/7/2021). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
Selain itu, dari sisi kesehatan, para dokter kini juga telah terbiasa melayani konsultasi Telehealth. Sebelum pandemi para ahli farmasi dan regulator kesehatan terkesan menolak pemeriksaan kesehatan jarak jauh dan memberi resep obat tanpa kehadiran fisik pasien.
"Sebagian mulai dipermanenkan pengusaha (normal is gone). Tentunya dengan keberhasilan Indonesia menjalankan vaksinasi massal sebanyak 73,8 Juta orang (vaksin.kemenkes.go.id, 14 September 2021)," tuturnya.
Sementara shifting yang dipelopori kaum muda terjadi pada bidang kuliner, pekerjaan, pendidikan, hiburan, donasi sosial, alat pembayaran, logistik, fashion, periklanan, media, dan sektor perumahan.
ADVERTISEMENT
"Semua dipicu pandemi dengan terbentuknya 'Donut Economy' yang membuat pusat-pusat ekonomi lama menjadi kosong seperti lingkaran dalam 'kue' donat, namun padat di sekitarnya," ujarnya.
Menurutnya. Indonesia juga akan memasuki era ledakan kecerdasan yang jika tidak ditindaklanjuti 10 tahun ke depan, akan banyak generasi muda yang terdampak sindrom useless generation, atau sulit bekerja dan berkali-kali menganggur. Selain itu, produk-produk sintetis dan artificial akan semakin banyak beredar.
Sementara di era digitalisasi ini, dia mengatakan ada dua kelompok. Pertama yakni kelompok yang hanyut dan kelompok mereka yang menjadi pengendali.
"Mereka yang hanyut dengan teknologi, hanyut, hanya menjadi pengguna, Bahkan tidak tahu membedakan mana yang benar dan salah. Hoaks itu banyak sekali, dan satu lagi adalah pengendali," jelasnya.
ADVERTISEMENT