Pasar Ekspor ke AS Kecil, Pemerintah Yakin Ambil Peluang dari Efek Tarif Trump

9 April 2025 8:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto, mengahdiri cara sarasehan ekonomi di Menara Mandiri Sudirman, Jakarta pada Selasa (8/4/2025). Foto: @SekretariatPresiden
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto, mengahdiri cara sarasehan ekonomi di Menara Mandiri Sudirman, Jakarta pada Selasa (8/4/2025). Foto: @SekretariatPresiden
ADVERTISEMENT
Pemerintah optimistis pasar ekspor Indonesia akan semakin terbuka menyusul kebijakan tarif impor resiprokal Presiden AS Donald Trump yang menetapkan tarif minimal sebesar 10 persen. Indonesia yang dikenakan tarif 32 persen dinilai masih lebih rendah dibandingkan sejumlah negara lainnya.
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai, kebijakan tarif Trump ini membuka peluang bagi Indonesia untuk menarik perusahaan multinasional yang berencana memindahkan fasilitas produksi dari negara-negara dengan tarif lebih tinggi.
Trump menetapkan tarif dasar sebesar 10 persen untuk semua impor, dengan tarif lebih tinggi bagi beberapa negara, seperti China 34 persen. Di kawasan ASEAN, Vietnam dikenakan tarif 46 persen, Kamboja 49 persen, Laos 48 persen, dan Myanmar 44 persen.
Airlangga menyebutkan, salah satu perusahaan yang telah melakukan negosiasi dengan pemerintah adalah produsen sepatu Nike yang ingin mengubah lokasi basis produksinya.
"Kemarin Nike dan beberapa perusahaan minta untuk zoom langsung dengan kami. Jadi ini kita akan respons. Dan kalau kita lihat dari negara pesaing kita China, Vietnam, Kamboja, Bangladesh tarifnya lebih tinggi dari kita. Jadi ini malah ada kesempatan kita untuk me-replace mereka," jelasnya dalam Sarasehan Ekonomi, Selasa (8/4).
ADVERTISEMENT
Menurut Airlangga, kondisi ini menjadi peluang emas yang harus direspons dengan cepat dan positif melalui peningkatan kapasitas serta efisiensi. Ia mengungkapkan, harga sepatu produksi dalam negeri rata-rata sebesar USD 15–20, sementara harga jual di pasar global bisa mencapai USD 70–80.
Hal serupa juga terjadi pada produk pakaian jadi. "Harganya di dalam negeri USD 20–25, ketika diekspor harganya bisa naik menjadi USD 80–100," lanjut Airlangga.
Di sisi lain, Airlangga menyampaikan bahwa ekspor Indonesia ke AS hanya mencakup 2,2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara seperti Vietnam yang ekspornya ke AS mencapai 33 persen dari PDB. Hal ini, menurutnya, membuat Indonesia lebih tahan terhadap dampak kebijakan tarif Trump.
ADVERTISEMENT
"Jadi Amerika bukan satu-satunya market yang membuat kita susah. Kita bisa antisipasi ini Pak Presiden. Top ekspor kita adalah China 60 miliar, Amerika 26 miliar, dan India 20 miliar. Nah tentu kita bisa membuka market lain di luar Amerika," tegasnya.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai, sebelum adanya tarif Trump, pertumbuhan ekspor Indonesia secara tahunan menunjukkan tren positif, seperti ekspor sektor pertanian yang tumbuh 52 persen dan manufaktur 29 persen. Neraca perdagangan pun selalu mencatat surplus.
"Kalau kita lihat dari sisi neraca perdagangan ini Amerika adalah the second largest, tapi antara yang the first largest yaitu China, Amerika itu 23 billion. Dan ini tidak banyak berbeda dengan destinasi lainnya," jelas Sri Mulyani.
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan, Indonesia memiliki banyak tujuan ekspor selain AS, sehingga fokus ke depan adalah diversifikasi pasar agar tidak terlalu terdampak kebijakan tarif Trump. "Destinasi ekspor kita masih bisa kita diversify dan attachment atau dependensi kita terhadap Amerika tidak terlalu besar dibandingkan dengan negara lain yang tadi disebutkan," pungkasnya.