Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Pasar Glodok Masih 'Mati Suri', Sepi Pelanggan Meski COVID Landai
9 November 2022 19:05 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Kondisi Pasar Glodok Jaya di Jakarta Barat masih 'mati suri'. Kondisinya sepi pelanggan meski kasus COVID sudah jauh lebih landai ketimbang dua tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Pedagang Pasar Glodok Jaya mengaku tidak banyak pelanggan. Hal ini berlaku pada hari kerja maupun akhir pekan. Salah satu faktor yang mengubah adalah kebiasaan belanja masyarakat yang kini condong ke belanja online.
Adi mengatakan tokonya pun sudah melakukan adaptasi dan membuka toko online. Salah satu jasa yang disediakan tokonya adalah jasa Cash On Delivery (COD). Menurutnya, jasa tersebut cukup signifikan membantu penjualan tokonya, namun ia mengeluh terdapat banyak pesanan asal yang diterima tokonya.
“Kita juga sudah buka COD, kalau tidak sesuai bisa kita retur. Namun, kita sering mendapati pesanan asal, dari anak kecil gitu. Kita sering banget, sudah datang, tapi ternyata tidak pesan, kita juga tidak bisa tagih anak kecil. Rugi ongkos kita. Kalau barang kecil kita maklum, kalau barang besar sakit hati banget,” tutur Adi.
Terpisah, Eveline, pemilik warung makan indomie (Warmindo) di Pasar Glodok Jaya menyebut bahwa pelanggan sudah berkurang drastis meskipun Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sudah sangat longgar. Ia mengatakan warungnya adalah satu-satunya tempat makan yang masih buka di lantainya.
ADVERTISEMENT
“Tadinya itu banyak banget warung makan buka, tapi sekarang pelanggan mungkin cuma 30 persen dari sebelum pandemi. Sehabis itu pun tidak balik ramai, sampai warung-warung makan ini tutup. Saya sendiri buka biar penjaga toko di sini bisa makan, kalau tidak kasihan,” curhat Eveline kepada kumparan.
Pedagang lainnya, Jack, mengatakan hal yang senada. Pasar sangat sepi imbas badai pandemi, meskipun kasus sudah sangat melandai. Ditambah lagi, biaya maintenance sempat sangat tinggi hingga Jack harus menutup toko selama tiga bulan.
“Bayar biaya listrik, air, gitu sekarang juga sudah naik ya cost-nya. Makanya toko kita sempat tutup 3 bulan sambil cari sambilan, itu pun nggak nutup kerugian pandemi,” kata Jack, pedagang aksesoris audio visual, kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Ia menyebut salah satu barang yang menolong keberlangsungan tokonya adalah Set-Top-Box (STB ) yang sedang populer setelah pemerintah memberhentikan siaran TV Analog. Berkat STB yang harganya sedang naik, penghasilan tokonya berhasil meningkat sampai 100 persen.
“Ini penjualan saya naik 100 persen berkat STB ini, meskipun saya tahu tidak akan tahan lama. Tapi saya akan terus jual meskipun nanti musimnya sudah habis, tetap ada saja yang cari soalnya,” pungkasnya.