Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Pasar Properti Lesu, Laba Intiland Turun 39 Persen Jadi Rp 142 Miliar
15 Agustus 2018 11:18 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
PT Intiland Development Tbk (DILD) sepanjang semester I 2018, mencatatkan kinerja profitabilitas yang sedikit tekanan. Perseroan tercatat membukukan laba kotor sebesar Rp 520 miliar dan laba usaha senilai Rp 173 miliar. Dibandingkan dengan semester I 2017, perolehan laba kotor turun 10,7 persen dan laba usaha turun 38,5 persen.
ADVERTISEMENT
Perseroan tercatat membukukan laba bersih sebesar Rp 142 miliar. Jumlah perolehan tersebut turun sebesar Rp 92 miliar atau 39,2 persen dibandingkan laba bersih semester I 2017 yang mencapai Rp 234 miliar.
“Penurunan kinerja laba terutama karena adanya peningkatan biaya operasional dan beban bunga,” ungkap Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono dalam laporan keuangan yang disampaikan perseroan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (15/8).
Berdasarkan hasil laporan keuangan yang berakhir 30 Juni 2018, Perseroan membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 1,8 triliun, melonjak sebesar Rp 467 miliar atau 34,9 persen dibandingkan perolehan periode yang sama tahun 2017 yang mencapai Rp 1,3 triliun.
Lonjakan pendapatan usaha perseroan terutama berasal dari meningkatnya pengakuan pendapatan dari segmen pengembangan kawasan perumahan dan penjualan lahan non-core. Lonjakan pendapatan di segmen ini, terutama berasal sumber dari pengakuan penjualan unit-unit rumah di kawasan perumahan Graha Natura Surabaya.
ADVERTISEMENT
“Tantangan di industri properti masih cukup berat. Meskipun pemerintah telah menerbitkan sejumlah stimulus pertumbuhan sektoral, namun pasar dan konsumen masih cenderung mengambil sikap wait and see mengantisipasi perkembangan dan dampak pesta demokrasi yang akan dilaksanakan hingga tahun depan. Kami tetap optimistis akan ada perbaikan kondisi pasar properti di semester kedua tahun ini, meskipun tingkat pertumbuhannya mungkin tidak terlalu tinggi,” kata Archied.
Ditinjau berdasarkan segmen pengembangannya, kawasan perumahan menjadi kontributor pendapatan usaha terbesar yang nilainya mencapai Rp 1,1 triliun atau 61,3 persen dari keseluruhan. Perolehan ini melonjak di atas 400 persen dibandingkan hasil pencapaian semester I 2017 yang mencapai Rp 220 miliar.
Segmen pengembangan mixed use and high rise tercatat menjadi kontributor terbesar berikutnya yang mencapai Rp 422,2 miliar atau 23,4 persen dari keseluruhan. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar Rp 106,1 miliar atau 33,6 persen dari perolehan pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp 316,1 miliar.
ADVERTISEMENT
Archied menjelaskan, sepanjang enam bulan 2018, segmen pengembangan kawasan industri belum memberikan kontribusi pendapatan usaha dari penjualan lahan industri. Kondisi ini berbeda dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu perseroan berhasil memasarkan lahan industri Ngoro Industrial Park senilai Rp 551,1 miliar.
“Ada penjualan marketing lahan industri Ngoro Industrial Park senilai Rp 45 miliar, namun belum kami bukukan dalam pendapatan usaha di semester I tahun ini,” ujarnya.
Segmen properti investasi yang merupakan sumber pendapatan berkelanjutan (recurring income) tercatat memberikan kontribusi senilai Rp 276,1 miliar atau 15,3 persen dari keseluruhan. Jumlah tersebut meningkat sebesar Rp 23,8 miliar atau 9,4 persen dibandingkan semester I tahun lalu.
Peningkatan tersebut, menurut Archied, terutama didorong oleh naiknya pendapatan usaha dari perkantoran sewa, dan pengelolaan sarana dan prasarana, termasuk sport club. Pendapatan usaha dari pengelolaan sarana dan prasarana mencapai Rp 139,2 miliar, disusul dari pendapatan sewa gedung perkantoran senilai Rp 105,8 miliar, serta dari kawasan industri senilai Rp 31,1 miliar.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan sumber pendapatan usaha, pendapatan penjualan atau development income memberikan kontribusi sebesar Rp 1,53 triliun atau memberikan kontribusi sebesar 84,7 persen dari keseluruhan. Pendapatan berkelanjutan atau recurring income tercatat memberikan kontribusi Rp 276,1 miliar atau 15,3 persen dari keseluruhan.