Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Paylater Multifinance Melesat 89,2 Persen di Tengah Pelemahan Daya Beli
9 Oktober 2024 14:45 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
“Memang kalau faktanya kalau memang dilihat kan, pertumbuhannya kan kayak ini ya, tapi faktanya memang sekarang kan masih tumbuh terus ya, jadi harusnya, itu sih, kalau di sisi industri sih memang, kalau dari data OJK itu enggak tercermin di situ, karena masih bertumbuh gitu kan,” Iwan Dewanto, Direktur PT Indodana Multi Finance pada wartawan di Senayan, Jakarta Selatan pada Rabu (9/10).
Dalam catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK ) pembiayaan BNPL untuk PP meningkat 89,20 persen year on year (yoy) hingga Agustus 2024, dengan nilai Rp 7,99 triliun.
Walau begitu ada beberapa tantangan yang juga dihadapi industri pembiayaan seperti Indodana. Salah satunya adalah skor kredit yang harus lebih bisa dipercaya.
“Harus kita percaya lah, sehingga nanti memang kita jaring orang-orang yang, yang, yang punya kemampuan untuk, untuk, punya kemampuan untuk bayar lah, ini seperti itu sih,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Dalam catatan OJK, tingkat Non-Performing Financing (NPF) masih terkendali di 2,52 persen sampai Agustus 2024. Selain itu, Iwan juga menyebut banyaknya perusahaan pembiayaan yang muncul juga sebagai tantangan.
“Yang kedua dari sisi, apa namanya ya, ya kita compete dengan beberapa, persaingan lebih banyak lah ya, ya itu kebersaingan lebih banyak,” lanjut Iwan.
Selain kedua hal tadi, Iwan bilang keamanan digital juga telah menjadi fokus masyarakat. Maka dari itu Indodana akan terus memastikan keamanan data.
“Kita digital ya, keamanan data juga tentunya, keamanan data juga itu dipastikan juga, tapi,” kata Iwan.
Iwan percaya, OJK sebagai regulator dapat memastikan seluruh sistem BNPL berjalan pada tata kelola yang sehat.
“OJK pasti, regulator akan memastikan, semua sistem BNPL yang berjalan ini, itu sudah berjalan, tata kelolanya, ya seperti kayak, tahan lah seperti itu ya, tata kelolanya, , ke tingkat manajemen risikonya, dan ini memang, sesuatu harus kita penuhi ya,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Dalam catatan kumparan berdasarkan BPS, Indonesia telah mengalami deflasi sejak Mei lalu sebesar 0,03 persen. Deflasi berlanjut pada Juni sebesar 0,08 persen, Juli 2024 sebesar 0,18 persen, dan September, terjadi deflasi sebesar 0,12 persen. Daya beli masyarakat yang menurun juga menjadi salah satu faktor deflasi berturut-turut.