PBNU Temui Jokowi: Izin Tambang Terbit, Mau Investasi di IKN

23 Agustus 2024 8:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf di Istana Negara, Jakarta, Kamis (22/8). Foto: Zamachsyari/kumparam
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf di Istana Negara, Jakarta, Kamis (22/8). Foto: Zamachsyari/kumparam
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memastikan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) batu bara pemberian pemerintah sudah terbit dan mulai dikerjakan Januari 2025 mendatang.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya, menemui Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta, membahas konsesi tambang dan investasi di IKN, Kamis (22/8).
"Kami sampaikan terima kasih kepada Presiden yang telah memberikan konsesi sampai dengan terbitnya IUP, sehingga kami sekarang siap untuk segera mengerjakan usaha pertambangan di lokasi yang sudah ditentukan," ujar Gus Yahya.
PBNU adalah ormas pertama yang telah memproses WIUPK. Ormas keagamaan tersebut dipastikan mendapatkan lahan tambang eks PKP2B PT Kaltim Prima Coal (KPC).
Gus Yahya menyebutkan, lokasi tambang batu bara tersebut berada di Kalimantan Timur (Kaltim) dengan luasan 26.000 hektare. Lahan tersebut akan segera digarap oleh badan usaha yang dimiliki PBNU.
"Segera. Segera. Karena IUP sudah keluar. Mudah-mudahan Januari kita sudah bisa bekerja," ungkap Gus Yahya.
ADVERTISEMENT
Mau Beli Tanah 100 Ha di IKN
Ketum PBNU Gus Yahya dalam acara Halaqah Fikih Peradaban di Ponpes Lirboyo, Kediri, Kamis (28/12/2024). Foto: TVNU
PBNU juga menyebut akan membeli tanah seluas 100 hektare (Ha) di Ibu Kota Nusantara (IKN).
"Nanti insyaallah kami ingin membeli tanah di IKN itu, ya mudah-mudahan bisa sampai 100 hektare misalnya," ujarnya kepada awak media.
Lahan seluas 100 ha itu akan dibangun fasilitas kesehatan, pendidikan, dan keagamaan. Menurut Gus Yahya, Jokowi merestui rencana tersebut dan akan menyampaikan kepada Badan Otoritas IKN.
Gus Yahya memperkirakan kebutuhan dana investasi untuk membeli lahan di IKN mencapai Rp 2-3 triliun. Hingga kini pihaknya masih menghitung detail nilai investasinya.
"Kami punya adalah gagasan mengenai konsolidasi kapital untuk itu. [Sekitar] Rp 2-Rp 3 triliun. Kira-kira mungkin sekitar itu," imbuhnya.
ADVERTISEMENT