Pedagang Elektronik Panik Tarif PPN Mau Naik: Hantaman Bertubi Setelah Pandemi

1 Desember 2024 11:00 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Mal Mangga Dua, Jakarta pada November 2024. Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Mal Mangga Dua, Jakarta pada November 2024. Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparan
ADVERTISEMENT
Lengang. Begitulah potret suasana di area perdagangan elektronik Mangga Dua Mall, Jakarta Pusat pada Rabu pekan lalu. Para penjaga toko hanya terlihat duduk-duduk menunggu pembeli. Hari itu, terlihat aktivitas jual beli sangat sepi.
ADVERTISEMENT
Mangga Dua Mall sudah tersohor sebagai salah satu pusat distributor elektronik dan komputer terbesar di Indonesia. Sebelum pandemi dan marak jualan online, aktivitas di sana ramai seperti pasar.
Maria (43), salah seorang penjual, sudah dua dasawarsa menjajakan barang elektronik seperti handphone, laptop, dan komputer di Mangga Dua Mall. Dia mengakui penjualan online dan pandemi menjadi faktor penyebab utama Mangga Dua Mall sepi.
Dia mengaku tak bisa membayangkan jika kebijakan pemerintah menaikkan tarif PPN menjadi 12 persen, akan semakin memukul perdagangan elektronik di Mangga Dua Mall.
"Ya sepi kayak gini, PPN juga mau naik di tahun depan, sebenarnya sepi [seperti ini] sejak [usai] Covid di tahun 2021-2022 orang kan belanja online juga ya," cetus Maria.
Suasana Mal Mangga Dua, Jakarta pada November 2024. Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparan
Maria mengaku, imbas rencana naiknya PPN menjadi 12 persen tentu akan mempengaruhi harga elektronik di tahun 2025. Ia berencana ikut menaikkan harga produk-produknya saat PPN diterapkan.
ADVERTISEMENT
Meski PPN naik menjadi 12 persen, Maria mengusahakan tak akan memutus kontrak para karyawannya yang telah bekerja bersama Maria. Dia akan tetap mempertahankan karyawannya, dalam keadaan sulit sekalipun.
"Kita nggak begitu, kita tetap bertahan, sama seperti pas Covid-19 kemarin. Kita usahakan akan bertahan ini karyawan-karyawan," jelas Maria.
Sambil duduk, dengan nada lirih Maria menjelaskan, pada Oktober 2024 masih banyak pelanggan yang mengunjungi tokonya. Tetapi saat memasuki bulan November 2024, persentase penurunan ditaksir mencapai 50 persen.
"Belum nanti tahun depan naik lagi [PPN], ya gitu deh [bakal semakin menurunkan minat pembeli]," imbuhnya.
Sementara itu Gunawan (29), penjual HP, komputer, dan aksesoris elektronik di Mangga Dua Mall, juga mengeluhkan sepinya pengunjung. Apalagi mendengar rencana pemerintah menaikkan PPN pada tahun depan ia khawatir pengunjung mal makin sepi.
Suasana Mal Mangga Dua, Jakarta pada November 2024. Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparan
"Begini mas adanya, sepi banget itungannya ini. Bulan November ini ampun-ampunan udah, ya begitu Januari mau naik PPN, gimana nggak makin sepi pedagang elektronik di sini," ucap Gunawan.
ADVERTISEMENT
Kumparan kembali memperhatikan lobby Mangga Dua Mal. Hingga beberapa jam, tidak terlihat adanya pergerakan signifikan dari pengunjung. Sebagian penjual alat elektronik di mal itu pun hanya bisa menunggu, terduduk diam, tak jarang mereka hanya menyeka barang dagangannya agar terlihat tetap bersih dan terhindar dari debu.
Sebagian yang lain mengajak setiap pengunjung mal yang melewati lapaknya dengan nada kencang. "Boleh silakan, cari apa silakan," kata para penjual saling bersahutan.
Pemandangan serupa juga terjadi di Mall Ambassador yang merupakan salah satu pusat mal elektronik di Indonesia. Kondisi mal tidak terlihat ramai didatangi pengunjung pada saat kumparan mendatangi saat akhir pekan, Sabtu (23/11).
Suasana ITC Mal Depok, Selasa (24/11/2024). Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparan
Para pedagang juga mengeluhkan adanya kenaikan tarif PPN dari 11 persen menjadi 12 persen.Seorang pedagang toko elektronik Riga mengatakan, kenaikan PPN ini berpotensi menurunkan daya beli masyarakat.
ADVERTISEMENT
Sebab, harga barang akan menjadi lebih mahal, sehingga masyarakat akan berpikir ulang untuk memakai uangnya.
"Sebenernya gini naiknya PPN ini mungkin nanti konsumen mungkin bakalan gak beli dulu nih produk elektronik, ini otomatis akan menurunkan permintaan pasar," kata Riga kepada kumparan, Sabtu (23/11).
Riga khawatir kenaikan PPN menjadi 12 persen membuat lapaknya makin sepi pembeli. Kebijakan ini memberatkan konsumen yang akan membelanjakan produk-produk elektronik.
"Pastilah memberatkan konsumen dan juga kita. Jadi kita sih berharap ini tidak naik. Yang kita khawatirkan sebenarnya pembeli jadi makin sepi aja," ungkapnya.
Riga berharap, pemerintah membatalkan rencana untuk menaikan tarif PPN menjadi 12 persen di Januari 2025. Meskipun tarif PPN naik 1 persen, tentu ini akan sangat dirasakan beratnya bagi pedagang maupun pembeli.
Suasana ITC Mal Depok, Selasa (24/11/2024). Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparan
Pedagang lainnya, Permana mengatakan saat ini kondisi pedagang sudah terpukul akibatnya penurunan permintaan dari masyarakat. Bahkan, ia sempat melakukan PHK terhadap pegawainya
ADVERTISEMENT
"Bisa dibilang 11 persen aja buat kami udah berat apalagi kalau ditambah ya," kata dia
Menurut dia, kenaikan 1 persen tidaklah kecil. Secara hitungan, kenaikan 1 persen itu bernilai besar jika konsumen membeli barang elektronik. Oleh karena itu, Permana meminta kepada pemerintah agar mengkaji ulang terkait rencana kenaikan tarif PPN menjadi 12 persen di Januari 2025. Ia berharap pemerintah menunda rencana tersebut.
"Ini kan jadinya harga barang jadi makin mahal ya. Kalau kita sih berharap jangan dinaikan dulu lagi," kata Permana.
Berikutnya kumparan mengunjungi ITC Depok, salah satu pusat elektronik yang dikenal di Depok pada Minggu, (24/11) sekitar pukul 11.51 WIB. Berdasarkan pantauan kumparan kondisi area penjualan barang-barang elektronik itu tidak terlalu ramai, bahkan cenderung sepi.
ADVERTISEMENT
Iwan (37), penjual handphone di ITC Depok, menyebutkan bahwa pengunjung tetap ada, terutama saat akhir pekan. Namun, banyak dari mereka hanya melihat-lihat. "Ada aja yang beli HP atau tukar tambah, tapi penjualan biasa aja, nggak naik banyak," ujarnya.
Suasana ITC Mal Depok, Selasa (24/11/2024). Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparan
Sementara itu, sektor laptop di ITC Depok menghadapi tantangan lebih besar. Putri (25), penjual laptop, mengatakan bahwa kondisi sepi, bahkan beberapa toko tutup. "Orang lebih banyak beli aksesoris atau benerin laptop, beli laptopnya jarang," katanya.
Para pedagang juga mulai bersiap menghadapi rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen tahun depan. Iwan menjelaskan bahwa harga barang kemungkinan akan disesuaikan.
"Kalau pajak naik, ya kita ikut baikin harga. Nggak mungkin tetap murah, nanti dibilang ngerusak pasar," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Putri juga mengutarakan kekhawatirannya terkait dampak kenaikan pajak terhadap daya beli masyarakat. "Kita liat pasar dulu, tapi mungkin naik 3-10 persen, itu pun belum pasti," katanya.
Asosiasi Pengusaha Komoditi Elektronik (Apkonik) seluruh Indonesia mengeluhkan dampak kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen per 1 Januari 2025.
Suasana ITC Mal Depok, Selasa (24/11/2024). Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparan
Ketua Umum Apkonik, Denny Irawan, menyebut dampak pertama yang dirasakan industri elektronik ialah siklus dalam perputaran jual beli di Indonesia bakal pengaruhi faktor dari harga barang.
"Harga barang sendiri pastinya nanti akan mengalami kenaikan dikarenakan karena biaya operasional pun nanti akan naik," jelas Denny Irawan kepada kumparanBISNIS, Jumat (15/11) dikutip Jumat (22/11).
Denny memprediksi kenaikan komoditi elektronik akan terjadi di kuartal 1 bulan mulai Januari 2025, dengan persentase kenaikan 5-10 persen.
ADVERTISEMENT
"Nanti puncaknya di bulan Januari 2025, persentase kenaikan kira-kira terjadi di angka 5-10 persen kemungkinan akan terjadi, karena hal-hal seperti ini nanti berkaitan tentang biaya operasional, biaya produksi, dan juga akan berkaitan nanti kepada daya beli masyarakat serta harga barang," kata Denny.
Sebagai usaha mempertahankan industri elektronik, Apkonik bakal melakukan sounding atau berkontak ke pemerintah, supaya kenaikan PPN dijalani dengan baik, dan memperhatikan permintaan para pengusaha elektronik.
Menurut laporan, DataReportal tahun 2023 ada 209,3 juta pengguna ponsel pintar di Indonesia, setidaknya hampir mengimbangi 277 juta populasi Tanah Air.