Pedagang Pasar Nilai Harga Kedelai Tetap Melonjak Kendati Ada Impor

9 Desember 2022 17:15 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengrajin tahu menyelesaikan pembuatan tahu di pabrik kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan, Rabu (7/12/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pengrajin tahu menyelesaikan pembuatan tahu di pabrik kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan, Rabu (7/12/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Stok kedelai dalam negeri sudah mulai menipis. Hal ini dikonfirmasi oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas).
ADVERTISEMENT
Meski tak menyebut angka pastinya, Zulhas mengatakan mengatakan tipisnya pasokan kedelai tersebut berdampak pada harga yang saat ini mencapai Rp 13.000 hingga 14.000 per kilogram (kg).
Meski demikian, Zulhas menyampaikan akan mengimpor 350 ribu ton kedelai dari Amerika Serikat (AS). Ia mengatakan harga jual nanti Rp 11.000 per kg, dan harga akan kembali turun pada bulan Januari.
Namun, asosiasi pedagang ragu harga akan turun, meskipun pasokan kedelai dapat kembali normal dengan impor. Ketua Bidang Jaringan Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Don Muzakir mengatakan, harga akan menetap di Rp. 13.000 karena adanya biaya tambahan dalam rantai pasok distribusi.
“(Harga kedelai) tidak akan turun. Oke Mendag bilang Rp 11.000 dijualnya, tapi kan ada agen, distributor, kartel, pokoknya mereka-mereka yang mencari untung. Mungkin sampai di pasar harga Rp 12.600, mentok-mentok kita harus jual Rp 13.000 lagi, dengan bungkus dan margin untung,” kata Don ketika dihubungi kumparan, Jumat (9/12).
ADVERTISEMENT
Don mengatakan hal ini dapat dihindari jika distribusi kedelai dapat dikurangi pemainnya. Dengan demikian, margin harga jual ke pedagang pasar tidak bertambah terlalu signifikan.
“Akses barang yang dibutuhkan pedagangan jangan berantai pemainnya, misal satu saja Bulog begitu lalu langsung ke pasar atau pengrajin, jadi harga tidak naik parah, seperti pengusaha BUMN, ambil untungnya jangan besar-besar,” ujarnya.
Don menyampaikan saat ini produksi tempe sangat terdampak imbas menipisnya pasokan dan kenaikan harga, hingga produksi berkurang lebih dari 50 persen. Ia bercerita para pengrajin dan pemasok kedelai selalu meminta APPSI untuk mengamankan stok kedelai, meskipun harus mencari ke daerah-daerah.
Pengrajin tahu menyelesaikan pembuatan tahu di pabrik kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan, Rabu (7/12/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Lebih lanjut, Don juga bercerita daya beli pengunjung pasar yang berkurang drastis mengurangi pembelian tempe di pasar tradisional.
ADVERTISEMENT
“Akibat (dari menipisnya kedelai), tempe itu berkurang produksinya. Biasanya 25 kilogram (kg) perhari, sekarang hanya 10 kg. Makanya mereka minta saya untuk cari kedelai dari mana saja, harga mahal pun mereka jabanin, asal bisa jualan, katanya,” tuturnya,
“Sudah seperti itu, pembelian ngurang lagi. Sama seperti telur, yang tadinya beli kedelai 1 kg jadi cuma setengah. Tempe juga sama keadaannya,” sebutnya.