Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
“Batik China, belum ada ya di sini,” kata seorang pedagang kepada kumparan di Blok B Pasar Tanah Abang, Kamis (3/10).
Pria itu mengaku belum pernah melihat ada batik motif dari China yang dijual di Tanah Abang. Ia pun mengetahui jenis-jenis batik yang beredar di Tanah Abang, termasuk yang dijual teman-temannya.
“Kebanyakan di sini itu Pekalongan, Solo,” ujarnya.
Seorang pedagang lainnya juga mengatakan tidak menjual batik China. Ia bahkan mengungkapkan baru kali ini mendengar adanya batik tersebut.
“Batik China yang bagaimana, Mas? Saya baru tahu malahan,” ungkapnya.
Para pedagang batik di Pasar Tanah Abang yang dijumpai kumparan, semuanya mengaku tidak tahu saat dikonfirmasi mengenai ketersediaan dan peredaran batik asal China.
Pada bulan Oktober 2018, Kementerian Perindustrian memaparkan sekitar 50 persen bahan baku batik Indonesia masih harus diimpor dari luar negeri. Bahan baku tersebut didatangkan dari berbagai negara seperti Amerika Serikat (AS), Mesir, dan China.
ADVERTISEMENT
Bahan baku impor tersebut, antara lain cat warna sintetis, bahan serat kapas, dan mesin printing batik . Bahan-bahan baku tersebut ada yang tidak diproduksi dalam negeri, ada juga yang kualitasnya kurang bagus.
"Misalnya serat kapas, kita punya tapi spesifikasinya tidak bagus. Sehingga kalau dipintal dia cepat putus. Bahan baku impor sebagian besar itu ya 50 persen," ucap Direktur Jenderal IKM Kemenperin, Gati Wibawanigsih, kepada kumparan, Selasa (2/10).