Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Pejabat Bappenas Ngeluh Tiket Pesawat Domestik Mahal: Lebih Murah ke Thailand
18 Mei 2024 10:30 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Direktur Transportasi Kedeputian Sarana dan Prasarana Kementerian PPN/Bappenas , Tri Dewi Virgiyanti, mengeluhkan tarif tiket pesawat penerbangan domestik yang masih mahal, terutama di kawasan Indonesia Timur.
ADVERTISEMENT
Tarif penerbangan domestik yang mahal tersebut menjadi salah satu isu strategis di sektor transportasi yang disoroti Bappenas, imbas belum optimalnya konektivitas backbone antar pulau.
Beberapa isu tersebut yakni lebih dari 50 persen bandara di Indonesia belum memenuhi standar teknis dan layanan. Kemudian, on time performance penerbangan domestik jauh di bawah negara lain di dunia.
Isu lainnya tarif penerbangan domestik, yang menurut Virgi, sangat tidak masuk akal. Dia pun menjelaskan pengalamannya sendiri ketika memesan tiket penerbangan ke Singapura lebih murah daripada ke Makassar.
"Bisa dibilang saya ini termasuk korban, mau ke Singapura lebih murah daripada mau ke Makassar. Sama anak-anak kalau mau jalan-jalan, jadinya ya sudah mendingan keluar gitu daripada misalnya ke Bali," ujarnya saat Forum Diskusi Sektor Transportasi MTI, Jumat (17/5).
ADVERTISEMENT
Virgi menerka-nerka alasan dari masih mahalnya tiket penerbangan domestik yakni tidak hanya soal infrastruktur dan rendahnya akses ke wilayah timur, namun juga tata kelola yang harus diperbaiki.
"Saya enggak tahu, itu tata kelola lagi. Mungkin juga ada pertanyaan tentang fisiknya, tentang infrastrukturnya, tapi tata kelola buat saya," katanya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Bappenas merekomendasikan peninjauan kembali pengaturan Tarif Batas Atas (TBA) dan Tarif Batas Bawah (TBB) tiket pesawat.
Selain soal tarif pesawat domestik yang mahal, Bappenas juga menyoroti 90 persen trafik penerbangan masih terpusat di 4 bandara utama (Soetta, Ngurah Rai, Juanda, dan Kualanamu).
Kemudian, kinerja bandara hub dan feeder belum memenuhi standar, serta integrasi dengan kawasan belum optimal. Tarif yang mahal juga disebabkan oleh terbatasnya konektivitas dan layanan penerbangan di wilayah timur.
ADVERTISEMENT