Pekerja Pertamina: Kami Demo Bukan karena Masalah Kesejahteraan

22 Juli 2018 10:24 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Long March Aksi Damai Bela Pertamina (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Long March Aksi Damai Bela Pertamina (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pekerja PT Pertamina (Persero) yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) pada Jumat (20/9) lalu menggelar demo menuntut pembenahan sejumlah hal terkait manajemen induk holding BUMN migas tersebut.
ADVERTISEMENT
Mengenai hal tersebut, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Migas Indonesia (KSPMI) Faisal Yusra mengatakan, demo pekerja Pertamina ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan masalah kesejahteraan karyawan. Tidak ada tuntutan kenaikan gaji dan tunjangan.
Long March Aksi Damai Bela Pertamina (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Long March Aksi Damai Bela Pertamina (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
"Ada yang bilang Aksi Pekerja Bela Pertamina itu karena takut kehilangan kesejahteraan. Ini pandangan keliru besar. Kalau Pekerja Pertamina hanya memikirkan kesejahteraan saja, maka pasti yang diteriakkan adalah Pertamina dijual semua, dijual ke asing semua. Karena apa? Karena kalau asing yang memiliki, yang memiliki adalah swasta, juragannya bukan BUMN, bukan negara, maka kami leluasa meminta kenaikan kesejahteraan," kata Faisal dalam keterangan tertulis, Minggu (22/7).
Ia menambahkan, kesejahteraan para pekerja justru akan lebih baik jika Pertamina dimiliki oleh swasta atau asing. Tapi bukan itu yang dituntut para pekerja.
ADVERTISEMENT
"Pertamina yang strategis dikelola asing/swasta itu seksi bagi pekerja. Menentukan harga tak perlu izin siapa-siapa. Tentukan sendiri, persis yang dilakukan asing saat ini. Asyik sendiri dan happy sendiri. Berjuang soal kesejahteraan di situasi ini alangkah nyamannya. Tak ada urusan dengan kondisi negeri ini. Minta naik kesejahteraan ke pemilik asing/swasta di sektor migas strategis lebih mudah," ia menuturkan.
"Apalagi kalau pekerjanya bersatu dan solid seperti Pertamina (FSPPB). Kalau tidak disetujui maka tinggal mogok. Pertamina mogok, hancurlah negeri. Itu urusan pengusaha dan pekerja. Hubungan Industrial. Yang lain enggak bisa turut campur. Habis perkara," ia melanjutkan.
Faisal mengatakan bahwa aksi dilakukan murni demi kepentingan nasional, yakni kedaulatan negara dalam pengelolaan migas. Karena itu, serikat pekerja menolak rencana penjualan aset Pertamina ke swasta.
ADVERTISEMENT
"Pekerja Pertamina (FSPPB) senantiasa berupaya Pertamina tetap 100 persen milik negara. Sekali lagi, wajib 100 persen milik negara. Perjuangan kita adalah demi kedaulatan negara, sehingga Pekerja Pertamina mengesampingkan aspek aspirasi kesejahteraan. Isunya adalah kedaulatan pengelolaan migas Indonesia di tangan anak bangsa, bukan kesejahteraan," tutupnya.