Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Pelemahan Rupiah Bikin Biaya Operasional Citilink Bengkak
17 Juli 2018 18:16 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB

ADVERTISEMENT
Maskapai berbiaya murah, Citilink Indonesia mengaku terkena dampak dari pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pelemahan tersebut berpengaruh terhadap biaya operasional Citilink.
ADVERTISEMENT
"Kurs rupiah memang berdampak pada kita, tapi yang berdampak adalah kenaikan harga fuel," kata Juliandra ketika ditemui di Gedung Garuda Indonesia, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (17/7).

Juliandra mengatakan, seiring dengan pelemahan rupiah secara otomatis bahan bakar pesawat juga akan mengalami kenaikan harga. Jika sebelumnya perusahaan membeli avtur sebesar 58 sen per liter, tapi saat ini harga avtur sudah menyentuh 60 sen per liter.
"Itu yang menyebabkan Citilink dalam biaya tadinya fuel-nya 35% berkontribusi terhadap total biaya operasi, yang ada gara-gara fuel-nya naik sekarang melambung, maka dia kontribusi menjadi 45%, jadi hampir setengahnya dari seluruh biaya," kata Juliandra.
ADVERTISEMENT
Namun, Juliandra menyebutkan, untuk mengantisipasi pelemahan rupiah, Citilink juga telah melakukan efisiensi yang bekerja sama dengan induk usahanya yaitu Garuda Indonesia. Bahkan, pihaknya juga telah meningkatkan utilitasi.
"Dengan nambah utilitasi flight hours, pendapatan nambah, maka itu bisa menekan biaya kita," jelasnya.