Pembangkit Nuklir Ditargetkan Masuk Transmisi di 2032, Begini Simulasi PLN

17 September 2024 15:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pembangkit listrik tenaga nuklir. Foto: Shutterstock/Svet foto
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pembangkit listrik tenaga nuklir. Foto: Shutterstock/Svet foto
ADVERTISEMENT
PT PLN (Persero) sudah mempersiapkan simulasi implementasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Pemerintah menargetkan PLTN pertama di Indonesia bisa masuk ke transmisi atau jaringan listrik (on grid) mulai 2032.
ADVERTISEMENT
Direktur Manajemen Risiko PLN, Suroso Isnandar, mengatakan perusahaan sudah membuat suatu simulasi bahwa Indonesia siap memasok kebutuhan listrik dari PLTN mulai 2034.
"Dari simulasi yang kami laksanakan bahwa ada indikasi kebutuhan energi baru dari nuklir ini mulai dari tahun 2034," ungkapnya saat Media Briefing Penguatan BUMN Menuju Indonesia Emas, Selasa (17/9).
Dengan begitu, kata dia, PLN belum memasukkan PLTN dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) periode 2024-2033, sebab kebutuhannya masih 10 tahun ke depan.
"Secara regulasi RUPTL itu 10 tahun, sehingga (PLTN) belum masuk RUPTL. Tapi kalau nanti RUPTL-nya panjang dikit, kalau tahun depan, akan kami masukkan," tuturnya.
Menurut Suroso, PLTN merupakan salah satu pembangkit listrik penopang beban dasar atau baseloader yang realistis, yang masih harus ditingkatkan di Indonesia untuk menggantikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara yang akan dipensiunkan dini (early phased-down).
ADVERTISEMENT
"PLTN ini secara realistis bisa menutup gap baseloader yang ada, dan nanti juga kita akan membantu dalam industri yang akan melaksanakannya," ujar Suroso.
Suroso menilai, waktu 10 tahun untuk PLTN perdana terbangun adalah waktu yang terlampau singkat. Pasalnya, pengembangan PLTN idealnya butuh waktu belasan tahun sejak sebuah negara menyatakan komitmennya untuk nuklir.
"Walaupun secara simulasi indikasi tahun 2034, kalau kita mau realistis, terakhir kami benchmark dengan China, paling tidak butuh belasan tahun dari keputusan kita go nuklir, sehingga kebutuhan 2034 itu balik lagi kita baru bisa 2036 atau mungkin 2038," ungkap dia.
Meski begitu, dia memastikan PLN tetap mendukung kebijakan dan komitmen pemerintah terkait implementasi PLTN di Indonesia.
"Jadi pada intinya, kami dari PLN dalam melihat bahwa itu suatu teknologi yang sangat penting demi mewujudkan net zero emission dan transisi energi," tandas Suroso.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Kementerian ESDM memastikan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) mulai tersambung ke transmisi (on grid) mulai tahun 2032 sebesar 250 megawatt (MW).
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi, mengatakan hal ini seiring dengan diketoknya Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Kebijakan Energi Nasional (RPP KEN) sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Energi Nasional.
"Di dalam Kebijakan Energi Nasional yang tadi malam diketok, itu nuklir masuk ke tahun 2032, on grid. Jadi dari sekarang kita harus mempersiapkan. Sudah tinggal 9 tahun ya," ungkap Eniya saat ditemui di sela Indonesia International Sustainability Forum 2024, Jumat (6/9).
"Nah ini harus dipersiapkan 250 MW on grid. Sudah on the track, lalu yang perlu kita siapkan adalah SDM-nya, lalu mengenai clearing technology," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, lanjut dia, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia juga sedang membahas pembentukan organisasi nuklir atau Nuclear Energy Program Implementation Organization (NEPIO) yang mengawasi dan mengawal pembangunan PLTN.