Pemberhentian Dirut Sriwijaya Buntut dari Mundurnya Ari Askhara

10 September 2019 11:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi Pers Sriwijaya Air Group oRUNgutan 2019. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi Pers Sriwijaya Air Group oRUNgutan 2019. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
ADVERTISEMENT
Dewan Komisaris Sriwijaya Air memberhentikan 3 orang direksi. Mereka yang dicopot di antaranya Direktur Utama Joseph Andriaan Saul, Direktur Human Capital & Layanan Harkandri M Dahler, dan Direktur Komersial Joseph Dajoe K Tendean.
ADVERTISEMENT
Pencopotan tersebut tertuang dalam Surat Pemberitahuan nomor 001/Plt.DZ/EXT/SJ/IX/2019 yang dikeluarkan pada Senin, 9 September 2019,
Keputusan pemegang saham Sriwijaya Air tersebut ternyata bukan karena persoalan kinerja. Dari dokumen yang diterima kumparan, Selasa (10/9), pemberhentian tersebut merupakan buntut dari mundurnya Direktur Garuda Indonesia, I Gusti Ngurah Askhara (Ari Askhara), Direktur Utama Citilink Indonesia, Juliandra Nurtjahyo, hingga Direktur Niaga Garuda Indonesia Pikri Ilham Kurniansyah dari jabatan Komisaris Sriwijaya Air. Mereka diminta mundur atas rekomendasi Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU).
Sejak mundur, terjadi kekosongan posisi, hingga akhirnya pemegang saham secara sepihak tanpa persetujuan Garuda Indonesia Group dan Direksi Sriwijaya Air menunjuk komisaris baru.
Padahal penunjukan posisi komisaris hingga direksi harus ada kesepakatan bersama dengan Garuda Indonesia Group setelah kedua maskapai itu menandatangani kerja sama operasi (KSO) pada 9 November 2018. Salah satu tujuan KSO tersebut adalah membantu melunasi utang-utang Sriwijaya Air ke BUMN.
ADVERTISEMENT
Berikut kronologi awal masuknya Garuda Indonesia hingga pemberhentian Direksi Sriwijaya Air secara sepihak pada tanggal 9 September 2019.
Akhir Oktober 2018
Chandra Lie dan Hendry Lie bersama dengan Direksi Sriwijaya Air datang menghadap Menteri BUMN dan menyatakan kesulitan mereka atas utang dengan BUMN yang antara lain sebagai berikut:
1. Pertamina Rp 942 miliar
2. GMF (Repair dan Maintenance) Rp 810 miliar
3. BNI Rp 585 miliar (Pokok)
4. Spareparts USD 15 juta
5. Angkasa Pura II Rp 80 miliar dan Angkasa Pura I Rp 50 miliar
November 2018
Pemegang Saham menyerahkan Operasional Sriwijaya Air kepada Garuda Indonesia dengan menandatangi KSO pada 9 November 2018, yang isinya menyerahkan semua Operasi Perusahaan kepada Garuda Indonesia Group melalui PT Citilink Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pada 19 November 2018, karena khawatir dengan KPPU, maka dilakukan perubahan judul kerja sama dari KSO menjadi KSM (Kerja Sama Manajemen) di mana disepakati bahwa susunan Komisaris dan Direksi Sriwijaya Air sebagai berikut:
1. Komisaris Utama dan 2 Anggota Komisaris adalah Wakil Garuda Indonesia,
2. Wakil Komisaris Utama dan 3 Anggota Komisaris adalah Wakil Pemegang Saham (Keluarga Chandra Lie),
3. Direktur Utama dan 4 Anggota Direksi adalah Wakil Garuda Indonesia,
4. 2 Anggota Direksi adalah Wakil Pemegang Saham.
Desember 2018
-5 Desember: serah terima jabatan.
-16 Desember: tim Garuda Indonesia Group mulai membangun dan menjalankan operasional.
Saat itu, kerugian Sriwijaya Air mencapai Rp 1,2 triliun.
Januari 2019
Tim Garuda Indonesia diperkuat dengan +/- 15 orang setingkat Vice President dan 5 orang setingkat Senior Manager.
ADVERTISEMENT
Manajemen memperbaiki system pricing dan stop SJTP (Sriwijaya Travel Pass).
Sriwijaya bulan Januari 2019 untung sekitar Rp 36 miliar.
Februari 2019
Manajemen mulai memperbaiki operasional serta menutup rute-rute rugi termasuk ke Banyuwangi.
Manajemen Sriwijaya juga memangkas semua inefficiency dan melakukan perubahan terhadap kesejahteraan karyawan.
Sriwijaya Air pada Februari 2019 untung sekitar Rp 17 miliar,
Dilakukan perubahan KSM dengan menambah 5 persen MF (Management Fee) sesuai dengan KSM yang telah ditandatangani bahwa Citilink berhak mendapatkan Management Fee pada 28 Februari 2019.
Maret 2019
Pemegang Saham melakukan RUPSLB tanpa pemberitahuan kepada BoD (Dewan Direksi) dan menghasilkan perubahan AD/ART yang membatasi wewenang BoD Sriwijaya Air yang tertuang pada perubahan AD/ART nomor 15 tanggal 18 Maret.
ADVERTISEMENT
Sriwijaya Air pada Maret 2019 untung Rp 20 miliar.
April - Juni 2019
Manajemen Sriwijaya Air secara konsisten melakukan perbaikan dan juga membayar utang.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Ari Askhara. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Juli 2019
Karena desakan KPPU, Komisaris Utama dan 2 Komisaris Sriwijaya Air dari Garuda Indonesia mengundurkan diri dan akan diusulkan penggantinya.
Agustus 2019
Pemegang Saham (Dewan Komisaris) tanpa pemberitahuan kepada Citilink (Garuda Indonesia Group) dan BoD melakukan RUPSLB dengan mengangkat Jusuf Manggaberani sebagai Komisaris Utama dan RA Tampubolon sebagai Direktur Legal dan Kepatuhan Sriwijaya Air.
Selanjutnya, Citilink menyampaikan surat keberatan kepada pemegang saham.
Surat Citilink soal keberatan penunjukan Komisaris dan Direksi Sriwijaya Air. Foto: Dok. Istimewa
Dewan Komisaris menyampaikan bahwa pengangkatan Komisaris Utama dan Direksi adalah hak dari pemegang saham.
BoC (Dewan Komisaris) yang dipimpin oleh Jusuf Manggaberani mengundang meeting dengan BoD pada 28 Agustus 2019.
ADVERTISEMENT
BoD minta agar rapat diundur ke tanggal 26 September sambil menunggu arahan dari Citilink.
September 2019
-4 September: BoC kembali memanggil meeting BoD.
BoD konsisten tidak bisa hadir dengan Komut yang masih belum diakui oleh Citilink, karena BoD saat ini dibentuk oleh Kerja Sama Manajemen.
-6 September: BoC kembali memanggil BoD dan BoD tetap menyarankan untuk diundur ke 26 September.
Surat dikeluarkan oleh rapat BoC tanpa dihadiri BoD dengan ditandatangani RA Tampubolon yang isinya akan mengusulkan untuk menonaktifkan Dirut Sriwijaya Air, Joseph Adriaan Saul.
"Dirut Sriwijaya Air selanjutnya mengirimkan surat dimaksud ke Garuda Indonesia dan Citilink untuk mendapatkan arahan lebih lanjut," tutup bunyi dokumen yang diterima kumparan.
Terkait perombakan direksi hingga ribut-ribut di internal perusahaan, pendiri yang juga Wakil Komisaris Utama Sriwijaya Air, Chandra Lie, belum merespons konfirmasi kumparan.
ADVERTISEMENT