Pembiayaan dan Kredit UMKM di RI Masih Rendah & Tidak Merata

20 Agustus 2021 19:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penjual menunjukkan produk Batik Koja di Kios UMKM kawasan Taman Sumenep, Jakarta, Rabu (10/2). Foto: Rivan Awal Lingga/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Penjual menunjukkan produk Batik Koja di Kios UMKM kawasan Taman Sumenep, Jakarta, Rabu (10/2). Foto: Rivan Awal Lingga/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki membeberkan sejumlah catatan buruk tentang implementasi penyaluran pembiayaan bagi UMKM. Menurut Teten ada banyak jenis pembiayaan bagi UMKM yang tersedia selama ini, namun penyalurannya tidak merata dan masih rendah.
ADVERTISEMENT
“Sebenarnya produk pembiayaan UMKM di Indonesia sudah banyak. Semua model ada. Sayangnya masih tersebar, tidak fokus, dan cenderung menyasar objek yang sama dan tidak terintegrasi,” ujar Teten dalam dalam Webinar Holding Ultra Mikro Upaya Pacu Pemulihan Ekonomi Nasional, Jumat (20/8).
Selain itu, Teten menyatakan bahwa porsi kredit perbankan ke UMKM masih minim yaitu baru sekitar 20 persen. Angka tersebut masih rendah bila dibandingkan dengan Singapura yang sudah mencapai 39 persen, Malaysia sudah 51 persen, Jepang 66 persen dan Korea Selatan 81 persen.
“Jadi kita masih sangat jauh dibandingkan negara tetangga,” ujarnya.
Hal ini menurut Teten membuat postur UMKM tidak berubah dalam 10 tahun terakhir yaitu masih didominasi usaha mikro. Selama satu dekade terakhir, 99,6 persen UMKM di Indonesia merupakan usaha mikro yang beromzet Rp 2 miliar per tahun.
ADVERTISEMENT
“Bayangkan, jadi struktur ekonomi kita didominasi usaha mikro. Yang artinya selama ini enggak banyak berubah. Ini menjadi penting untuk kita membicarakan kembali soal pembiayaan UMKM,” ujarnya.
Melihat fakta tersebut, Teten mengatakan pihaknya kini tengah menyiapkan dua langkah untuk membenahi postur UMKM dalam negeri. Pertama, pemerintah akan mencoba meningkatkan porsi pinjaman perbankan ke UMKM dari yang hanya 20 persen menjadi 30 persen di 2024.
Tidak hanya itu, pemerintah juga akan menaikkan plafon KUR tanpa agunan dari yang semula Rp 50 juta menjadi Rp 100 juta. Serta menaikkan plafon KUR dari 500 juta menjadi Rp 2 miliar. Tujuannya agar UMKM bisa lebih mudah memperbesar usahanya dan naik kelas.
Kedua, pemerintah juga akan berusaha mempermudah akses pembiayaan melalui pembentukan Holding Ultra Mikro serta memperkuat peran koperasi.
ADVERTISEMENT
“Dengan harapan setiap pelaku usaha yang belum mendapat akses pendanaan segera mendapat akses pembiayaan dengan bunga yang cukup kompetitif,” ujarnya.
Sementara itu, PT SRC Indonesia Sembilan (SRCIS) turut berkontribusi dalam memperkuat Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang merupakan pondasi utama ekonomi negeri. Direktur PT SRCIS Rima Tanago menjelaskan, di tengah situasi dinamis dan penuh tantangan, pihaknya konsisten menginisiasi sejumlah program yang mengajak masyarakat untuk berbelanja di toko kelontong.
SRC Indonesia ingin ambil bagian dan menjadi solusi dengan menebarkan semangat untuk bangkit serentak mendukung UMKM terus aktif menggerakkan ekonomi kerakyatan guna mendukung program pemerintah dalam memulihkan ekonomi nasional.
“SRCIS mengajak semua pihak untuk membangkitkan UMKM khususnya toko kelontong di setiap daerah. Melalui sinergi dan kolaborasi semua elemen masyarakat mulai pedagang kelontong SRC, mitra bisnis dan pemangku kepentingan lainnya akan menciptakan ribuan pahlawan ekonomi lokal,” jelas Rima.
ADVERTISEMENT
Rima menyatakan kampanye #BangkitSerentak merupakan kelanjutan dari kampanye sebelumnya sebagai bentuk konsistensi untuk menstimulasi masyarakat dalam melaksanakan aktivitas pembelian di toko kelontong SRC. Hingga saat ini SRC memiliki jaringan di 140 ribu toko dan menyebar di seluruh wilayah Indonesia.
Sinyal positif pemulihan ekonomi yang terus diperjuangkan oleh pemerintah dan seluruh elemen masyarakat juga akan menjadi energi bagi perjuangan untuk meningkatkan transaksi toko kelontong lokal. Seperti dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II 2021 mencapai 7,07 persen (yoy).
“SRCIS akan terus mendukung Indonesia agar segera bangkit dari dampak pandemi dan kembali ke jalur pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Kolaborasi pemerintah, pelaku usaha, termasuk yang berada di sektor UMKM akan menjadi kunci sukses menghadapi situasi yang penuh dengan tantangan seperti saat ini, sehingga tercipta Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh,” tegas Rima.
ADVERTISEMENT