Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
29 Ramadhan 1446 HSabtu, 29 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Pemerintah Akan Lobi AS Agar Tak Terdampak Perang Tarif Donald Trump
25 Maret 2025 19:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Staf Ahli Bidang Hubungan Internasional Kemendag, Johni Martha menyampaikan upaya melobi kerja sama strategis perdagangan kedua negara ini merupakan sesuatu yang cukup kompleks.
Selain melobi AS, pemerintah juga akan mereaktivasi dialog melalui forum Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) Indonesia-AS.
Kata Johni, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) telah berkonsolidasi dengan pihak terkait agar kemitraan ini mulai aktif lagi, karena saat masa pandemi COVID-19 kemitraan ini nonaktif.
"Sehingga diskusi yang ada lebih ke kerja sama dan framework untuk membuat semacam disiplin, tapi tanpa ada pemanisnya di sisi market access-nya," kata dia dalam seminar Dampak Perang Tarif Terhadap Peluang Ekspor Indonesia di Kantor Kadin, Jakarta, Selasa (25/3).
Untuk menghindari dampak perang dagang AS, upaya lain dari pemerintah yaitu bakal mulai mengeksplorasi perjanjian dagang terbatas atau limited trade deal untuk pengurangan tarif dan penyelesaian isu modalitas yang menjadi kepentingan dua negara. Serta terakhir, penguatan kerja sama investasi di berbagai sektor.
Lebih lanjut, Johni menegaskan sampai saat ini RI tak menganut proteksionisme dengan AS. Sebab, menurut dia bakal menjadi bumerang bagi kinerja impor Tanah Air.
ADVERTISEMENT
"Sebisa mungkin kami di perdagangan tidak menghalangi produk-produk, baik dari India mau pun Amerika, khususnya dari Amerika, terutama dalam kondisi saat ini," imbuh Johni.
"Toh, produk mereka juga memang kita perlu. Kedelai, gandum, apel, anggur," ucap dia.
Sebelumnya, kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump memicu perang dagang kembali terjadi.
Ketegangan ini bermula ketika Trump pada 1 Februari 2025 lalu mengumumkan pengenaan tarif tambahan sebesar 10 persen terhadap barang impor dari Tiongkok, diikuti dengan tarif 25 persen untuk Meksiko dan Kanada. Kebijakan ini memicu respons keras dari negara-negara yang terkena dampak.
Tiongkok membalas dengan menaikkan tarif 15 persen pada impor batu bara dan LNG dari Amerika Serikat, serta 10 persen pada produk minyak mentah, mesin pertanian, dan kendaraan. Kanada dan Meksiko pun tidak tinggal diam dengan menerapkan tarif balasan terhadap berbagai produk Amerika.
ADVERTISEMENT
Buntutnya, Donald Trump bakal mengenakan tarif impor mobil yang mulai berlaku pada 2 April 2025. Keputusan ini diambil sehari setelah anggota kabinetnya menyampaikan laporan terkait berbagai opsi bea masuk yang dirancang untuk merombak sistem perdagangan global.
"Mungkin sekitar tanggal 2 April,” kata Trump, dikutip dari Reuters, Sabtu (15/2).
Kebijakan ini merupakan bagian dari strategi perdagangan agresif yang telah diterapkan Trump sejak menjabat kembali pada 20 Januari lalu. Trump telah mengenakan tarif tambahan pada berbagai produk impor, termasuk barang dari Tiongkok, Meksiko, dan Kanada.