Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Pemerintah Bakal Terapkan Bioavtur 1 Persen per 2027, Semua Maskapai Wajib?
12 Agustus 2024 15:30 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi, mengatakan peta jalan penerapan bioavtur akan diatur kembali dalam revisi Peraturan Menteri ESDM yang saat ini masih digodok.
"Bioavtur itu kalau di roadmap kita, ini berikutnya di revisi Permen juga akan kita lakukan detail roadmap-nya, 1 persen ini di roadmap kita 2027," ungkapnya saat ditemui di kantor Kementerian ESDM, Senin (12/7).
Eniya menjelaskan, peta jalan bioavtur diusulkan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves). Selanjutnya, pembahasan juga akan mencakup pasokan BBN yang diwajibkan dari dalam negeri.
BBN atau biofuel yang akan dicampurkan dalam avtur berasal dari berbagai macam minyak sayur (vegetable oil), seperti minyak kelapa sawit dan minyak kelapa.
ADVERTISEMENT
"Karena kita itu punya hub untuk ke Indo-Pasifik. Jadi penerbangan-penerbangan di internal nasional kita saja banyak," tuturnya.
Meski begitu, belum jelas apakah kebijakan ini akan mewajibkan semua maskapai pakai biovatur 1 persen.
Sebelumnya, Eniya menuturkan pemerintah akan merevisi Peraturan Menteri ESDM No 32 Tahun 2018 yang mengatur terkait tata niaga bietanol dan bioavtur.
"Persentasenya secara regulasi kita melihatnya 1 persen bisa diterapkan 2027. Nah nanti persiapan ke arah situ kan misalnya nanti pengaruh harga tiket, terus supply bahan bakunya," ujarnya saat ditemui di Hotel Kempinski Jakarta, Kamis (8/9).
Eniya menuturkan, pemerintah akan mengundang produsen-produsen biofuel dari dalam negeri untuk memastikan pasokannya aman untuk bioavtur, menyesuaikan dengan frekuensi penerbangan yang semakin masif.
ADVERTISEMENT
"Kita sudah address palm ya, palm oil kan kita punya, dan saat ini Pertamina sudah membuat dengan processing. Kalau dia mendirikan instalasi yang stand alone atau berdiri sendiri itu jauh lebih masif nanti, ini perlu investasi yang besar juga," jelas dia.